Pernyataan kritis DI sangatlah satire, dan menggugah perasaan terdalam bagi yang membacanya, mengingat DI pernah menjadi bagian terpenting dari PLN dan BUMN, jadi DI sangat faham apa yang sebenarnya terjadi didalam manajemen PLN.
Banyak hal yang tidak masuk akal dari argumentasi Pohon Sengon ini, semua bermuara pada persoalan manajemen dan persoalan antisipasi. Kalaupun Pohon Sengon itu yang menjadi pokok persoalan, harusnya bisa diantisipasi dong soal tumbuh kembangnya, ada manajemen yang mengatur soal itu agar bisa diantisipasi.
Jadi argumentasi Pohon Sengon itu malah memperburuk citra dan kinerja manajemen di PLN. Padahal itu hal yang sangat sederhana dan mudah dikordinasikan.
Apalagi, kata Dahlan, pohon itu mahal harganya. Pohon sengon membuat jutaan orang menderita. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai marah karena masalah ini.
"Bahkan PLN sendiri sampai harus mengeluarkan ganti rugi kepada konsumen. Nilainya sampai Rp 1 triliun," ujar Dahlan.
Namun, Dahlan bilang, pohon sengon tidak salah. Pohon sengon tumbuh di dalam pagar penduduk.
Harusnya Plt. Dirut PLN berani buka-bukaan terhadap hal sebenarnya yang terjadi, dan siap menerima salah, tidak perlu ada beban yang berat di balik peristiwa tersebut, toh posisinya juga baru menjadi Pelaksana Tugas Dirut PLN.
Jangan anggap sepele persoalan pemadaman Listrik secara mendadak tersebut, apa lagi dampaknya sangat massal. Pemadaman tersebut langsung bisa memperlihatkan satu Sisi kelemahan yang bisa dengan mudah dilumpuhkan.
Persoalan tersebut menjadi ancaman bagi keamanan negara. Intrumen PLN bisa menjadi titik serangan bagi orang-orang yang ingin mengacaukan keamanan negara. Transmisi bermasalah saja efeknya sudah membuat satu wilayah lumpuh seketika.
Dalam catatannya, Dahlan pun menyentil pohon sengon pun berhak bertanya:
Mengapa dibiarkan tumbuh tinggi di situ?