Tidak bisa dipungkiri, di tahun Politik seperti sekarang ini, mulai sejak sebelum Pemilu Serentak 2019 sampai paskapemilu, artikel politik menjadi sangat populer.
Kalau sudah masuk dalam rating populer, maka pastinya karena banyaknya viewer, itu utamanya, selain itu juga akan banyak mendapat vote dan comment. Dan itu artinya pundi-pundi K-Reward pun akan menyertai.
Saya termasuk penulis yang menikmati situasi tersebut, tapi kadangkala ada juga keinginan menulis artikel diluar artikel politik, namun ketika tingkat keterbacaannya rendah, maka lemaslah awak dibuatnya.
Memang apa yang didapat dari K-Reward itu sangat menjanjikan, dan sangat memotivasi untuk terus tetap menulis, tapi apakah cuma itu saja motivasi untuk menulis.? Saya rasa bukan cuma itu, ada juga keinginan mengekspresikan diri lewat Jenis artikel yang lain.
Untungnya saya bukanlah penulis yang khusus menulis artikel politik, saya termasuk penulis gado-gado. Menulis apa saja yang sesuai dengan keinginan hati, meski kadang-kadang juga memanfaatkan momen peristiwa yang sedang populer.
Pernah juga saya menulis puisi dan essai dengan viewer yang gak kalah dengan artikel politik, tapi itupun isinya masih terkait dengan situasi terkini, sehingga tulisan tersebut pun mendapatkan perhatian pembaca yang lumayan.
Beberapa Minggu ini juga saya mengamati banyak tulisan di luar artikel politik yang masuk rating terpopuler, juga nilai tertinggi. Nah itulah realita sebenarnya kondisi di Kompasiana. Tidak selalu artikel politik bisa merajai tangga terpopuler dan nilai tertinggi.
Kemampuan melihat peluang dan membaca situasi sangat diperlukan. Tapi itu pun tidaklah sepenuhnya benar, itu cuma dugaan saya, karena pada kenyataannya ada juga artikel yang isinya begitu kuat, sehingga mampu menarik minat pembaca.
Yang seperti itu tergantung skill personalnya yang memang sangat mumpuni, beberapa penulis yang saya amati bisa menulis tentang Tema apa saja, namun tulisannya tetap saja ramai pembaca. Ada yang meraih hal tersebut dengan kemampuannya berinteraksi dengan sesama K'Ners.
Namun ada juga yang memang mengandalkan kekuatan isi yang disajikan. Jujur saja, saya belum sampai ke tahap itu, saya masih sekedar menulis untuk memenuhi keinginan hati, belum mampu meraba keinginan pembaca, sehingga tidak semua tulisan saya ramai terbaca.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda terpengaruh dengan hiruk pikuk dunia politik, atau Anda menikmati menulis sesuai dengan keinginan hati, dan tidak terpengaruh dengan populer atau tidak populernya sebuah tulisan, sehingga bisa menulis dengan tema apa saja.
