Kartini itu Makanannya Apa?
Semakin aku membaca tentang Kartini, semakin aku mengaguminya, aku bilang dia wanita yang luar biasa, pikiran-pikirannya melebihi manusia pada jamannya, padahal dia juga Ibu rumah tangga, yang taat dan patuh pada suaminya.
Kartini adalah manusia yang berpikir, seperti yang diharapkan Tuhan sebagai penerima kitab suci, dia tidak cuma mengaji, tapi dia mengkaji isi kitab suci, dia menginginkan dirinya seperti umat yang diinginkan Tuhan, yang tidak Taklik Buta tanpa pengetahuan.
Kartini adalah manusia yang mempercayai Tuhan dengan keyakinannya, bukan cuma ikut-ikutan beragama tapi tidak memahami apa yang diajarkan, kadang aku bertanya, Kartini itu Makanannya Apa.? Karena begitu aku mengagumi pikiran-pikirannya.
Kalau Kartini hanya biasa-biasa saja, tidak mungkin Kartini bisa melahirkan kutipan kata yang penuh makna, "Agama memang menjauhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama." Itulah Salah satu pikiran Kartini tentang spiritualitas.
Orang-orang yang tidak berpikir, tidak akan melahirkan kata-kata yang menyihir, hidupnya hanya mengalir tanpa punya arti apa-apa, dia hanya melintasi dunia hanya untuk sekedar hidup tanpa memberikan manfaat dan makna. Kartini bukan manusia yang seperti itu, hidup baginya harus memberikan arti.
"Tahukah engkau semboyanku? 'Aku mau!' Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata 'Aku tiada dapat!' melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung."
Seperti itulah aku membaca Kartini, setiap kata yang ditorehkannya selalu mengandung arti, memotivasi, membangkitkan semangat. Pikiran-pikirannya mengubah keadaan, membangkitkan semangat emansipasi Wanita Indonesia, dia ingin Wanita Indonesia sejajar dengan Wanita didunia.