Sebuah kontestasi politik yang menjadi fokus utamanya adalah meraih kemenangan, tapi lebih dari itu adalah tetap menjaga kehormatan dalam meraih kemenangan.
Pemilu adalah Pesta demokrasi yang harus dihadapi dengan penuh suka cita, bukanlah sebuah kemeriahan yang berakhir duka, sama seperti perayaan pesta pada umumnya.
Namun tidak bisa dipungkiri, ketika sebuah kontestasi dianggap sebagai pertarungan hidup dan mati, maka kecurangan pun akan menyertai. Di sinilah secara substansial pesta demokrasi tersebut kehilangan 'Ruh demokrasi.'
Pemilu 2019 adalah sejarah kelam Pemilu Indonesia, Pemilu yang penuh dengan intrik dan kecurangan, juga kegaduhan politik. Seharusnya semakin tua usia Republik ini, semakin dewasa pula cara berpikir para politisinya, namun pada kenyataannya tidak demikian.
Tebaran hoaks sangat mewarnai proses demokrasi saat ini, meraih kemenangan dengan cara-cara yang elegant dan terhormat, tidak lagi menjadi acuannya. Menang menjadi sebuah keharusan, apa pun caranya.
Di sinilah sangat terasa kalau bangsa ini sedang mundur ke belakang, bangga dengan peradaban politik yang saling menghancurkan antara satu dengan yang lainnya. Prinsip mengalahkan tanpa merasa ada yang dikalahkan, tidak lagi digunakan.
Berpolitik penuh dengan amarah dan kebencian, lawan politik dianggap musuh dalam peperangan. Pengerahan masa dijadikan kebanggaan, sehingga politik dan demokrasi kehilangan esensinya.
Untuk apa sebuah kemenangan, kalau bangsa ini pada akhirnya cuma menuju kehancuran. Padahal sejatinya kemenangan adalah kebersamaan untuk memperbaiki keadaan, bukanlah sebaliknya.
Lihatlah, bagaimana satu pihak menghancurkan pihak lain dengan tebaran fitnah dan berita bohong, dan sangat menikmati perilaku tersebut. Seakan-akan dianggap sebagai hal yang biasa, yang tidak memiliki dampak apa-apa terhadap masa depan Bangsa.