Bagi Prabowo dalam pidato kampanye tidak ada beban, dia tidak peduli apa yang akan dia sampaikan tersebut bisa diterima masyarakat atau tidak, dan apakah sesuai dengan kenyataan atau tidak. Yang penting isi pidatonya bisa mempengaruhi masyarakat.
Sesuai dengan prinsipnya, bahwa politik itu bukan soal benar atau salah, tapi soal menang atau kalah. Politik itu bukan cuma menyampaikan kebenaran, tapi bagaimana mempengaruhi masyarakat, agar yang salah itu bisa dianggap benar.
Sebagai oposisi jelas dia ada pada posisi penyerang. Mau tidak mau isi pidatonya berupa serangan terhadap lawan, apakah pidato yang disampaikan berdasarkan data yang benar atau tidak, bagi Prabowo bukan lagi sesuatu yang penting, kalau pun secara data salah, tidak besar pengaruhnya bagi dia.
Berbeda dengan Jokowi, sebagai Petahana wajib hukumnya menyampaikan data yang benar dalam setiap pidatonya, karena memang lawannya menunggu dan berusaha mencari kesalahan dan kelemahannya. Lemah secara data, maka habisalah citra Jokowi sebagai Petahana.
Apalagi menyangkut data-data tentang pekerjaan yang sudah dia lakukan, dan pekerjaan yang sedang dia lakukan, data yang disajikan haruslah valid, kalau tidak bisa rusak kredibilitasnya, dan itu akan sangat mempengaruhi tingkat keterpilihannnya.
Itulah enaknya diposisi Prabowo, makanya dalam setiap pidato dia bisa bicara apa saja dengan seenekanya. Seperti baru-baru ini dalam pidatonya di kampus UKRI, Prabowo mengatakan, soal pengguna narkoba di Indonesia telah mencapai 5,9 juta pada 2015.
Padahal kenyataaannya saat ini data pengguna narkoba sudah jauh menurun, Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Diah Utami di Gedung BNN, pada tanggal 26 Juni 2018 mengatakan bahwa pengguna narkoba pada tahun 2017 adalah 3,5 juta orang.
Boleh saja pidatonya tersebut menjadi polemik saat ini, tapi bagi Prabowo tidak ada pengaruhnya. Secara prinsip baginya, apa yang disampaikan akan mempengaruhi pikiran orang banyak, dan menjadi polemik, dan dibicarakan publik, tidak penting apakah yang disampaikan tersebut benar atau salah.
Seperti yang dilansir Media Indonesia, Prabowo menyampaikan pidato di Kampus UKRI pada Jumat (8/3). Prabowo awalnya berbicara soal bahaya narkotika yang menggerogoti generasi muda Indonesia. Prabowo menyampaikan data BNN sampai 2015.Â
Prabowo lantas mengatakan saat ini ada 72 kartel narkoba masuk ke dalam negeri. Prabowo menegaskan jumlah itu merupakan data yang dia terima dari BNN.
Padahal data yang dia maksud tersebut adalah sinyalemen dari Budi Waseso, saat masih menjadi menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), saat itu ia mensinyalir ada 72 kartel yang mengincar Indonesia sebagai pasar.