Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rusak Keimanan kalau Mempercayai "Kitab Suci Itu Fiksi"

8 Februari 2019   07:58 Diperbarui: 8 Februari 2019   09:05 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang Atheism, Rocky Gerung (RG), boleh saja mengatakan Kita Suci itu fiksi, karena memang sebagai seorang Atheism, dia tidak punya landasan keimanan, dia cuma bertuhan pada akal dan pikirannya. Sebagai seorang Muslim, tidak wajib kita mempercayai ucapannya, karena salah satu rukun Iman adalah percaya kepada kitab suci, sebagai landasan mempercayainya adalah keimanan.

Secara landasan berpikirnya saja sudah berbeda, sebagai sebuah narasi, apa yang dikatakan RG itu cuma enak untuk didengar, tapi tidak untuk dipeecayai, kalau mempercayai pernyataan Kita Suci itu adalah fiksi, maka rusaklah salah satu rukun Iman, rusaknya rukun Iman, maka rusak juga keimanan Kita.

Bisa saja dibilang yang dimaksudkan dengan kitab suci dalam konteks tersebut bukanlah Al Qur'an, tapi memainkan adalah Injil, tapi jangan salah, didalam Injil pun tersadar wahyu Allah yang tidak diubah. Seperti yang dikatakan Tuan Guru Bajang (TGB), yang dilansir Viva.co.id,

"Orang itu lupa dua hal, pertama, Alquran adalah kitab suci, maka ketika disebut kitab suci, Alquran termasuk di dalamnya. Kedua, kesucian Taurat dan Injil dalam pandangan Islam tetap diakui selain bagian-bagian yang diyakini di-tahrif atau di-tabdil, diganti atau dirubah," ujar TGB

"Itu sebabnya para ulama melarang kita untuk melecehkan Injil atau Taurat dengan membuangnya ke tempat sampah misalnya, karena di dalamnya ada nama Allah dan asma-Nya serta firman Allah yang tidak diubah. Bagian yang tidak diubah tentu bukan fiksi karena itu wahyu dari Allah SWT," imbuhnya.

Secara akal dan pikirannya, RG boleh saja berpendapat seperti itu, wajar saja filsup seperti dia memang perlu mempengaruhi orang lain dengan pikirannya, tapi bagi orang yang beriman, tidak mutlak harus mempercayainya.

Kalau kita mempercayai Kitab Suci Itu adalah Fiksi, maka kita mempercayai bahwa wahyu Allah itu hanyalah hasil imajinasi, pertanyaannya adalah hasil imajinasi siapa.? Nah kalau sudah begitu cara berpikirnya, maka runtuhlah dasar-dasar keimanan. Padahal keimanan itu dasarnya keyakinan, percaya atas dasar keberadaan dan kekuasaan-Nya.

Penganut Atheisme tidak mempercayai keberadaan Tuhan, makanya mereka tidak memerlukan Agama. Agama mereka ya akal dan pikirannya sendiri. Kalau mau dikendalikan orang yang tidak bertuhan, jangan bangga hanya dengan cuma mengandalkan teori akal Sehat. Belum tentu juga orang yang tidak bertuhan itu Sehat secara akal.

Polemik seperti ini bukan cuma baru terjadi sekarang menurut TGB, pernah terjadi saat sastrawan terkemuka di Mesir, Thaha Husein, menulis buku berjudul Fi Asy-sy'ril Jahily (Tentang Syair Masa Jahiliyah).

"Mengambil kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kitab suci, Thaha Husein menyimpulkan bahwa kisah itu 'mutakallafah wa mashnu'ah fii 'ushuurin muta'akhirah da'at ilayha haajatun diiniyyah aw iqtishadiyyah aw siyasiyyah'. Yaitu kisah yang direkayasa dan dibuat-buat di masa belakangan untuk motif keagamaan, ekonomi atau politik," ungkapnya.

Bagi Thaha Husein, kisah Ibrahim dan Ismail dalam Taurat, Injil dan Alquran itu fiksi, imajinatif dan tidak ada landasan sejarahnya alias tidak pernah terjadi. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi luar biasa saat itu di Mesir, karena dianggap menggergaji dasar yang paling fundamen dalam agama yaitu keyakinan akan kebenaran wahyu.

"Banyak ulama menulis buku untuk menolak klaim kitab suci itu fiksi ala Thaha Husein ini, seperti Grand Syekh Al-Azhar. Yang menarik, di Indonesia justru sebagian figur yang ditokohkan umat justru berusaha mentakwil dan mencari pembenaran ungkapan kitab suci itu fiksi," sambungnya.

Memanglah sebagai seorang muslim tetap harus beragama dengan berakal Sehat, dan tidak memahami Agama secara taklik Buta. Landasan keimanan yang didasari pengetahuan pun harus seimbang, namun mempercayai pernyataan RG secara membabi Buta pun bagi seorang muslim jelas akan merusak keimanan.

Secara pijakan berpikirnya saja sudah berbeda, RG hanya semata berlandaskan akal dan pikiran juga pengetahuannya, sementara sebagai seorang Muslim, kita tetap berpikir berlandaskan Al Qur'an dan hadits, yang mana kandung isinya wajib dipercaya atas dasar Iman. Satu hal lagi, RG itu mahkluk yang tidak bertuhan, Tuhannya hanya akal dan pikirannya, bisa jadi dia percaya kalau dia hadir dimuka bumi ini bukanlah atas campur tangan Tuhan.

Sumber : Viva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun