Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Yusril Vs Rizieq dan Legitimasi Ijtima Ulama

1 Februari 2019   07:41 Diperbarui: 1 Februari 2019   07:54 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau dikilas balik kebelakang, perihal Ijtima' GNPF, ketika pemilihan calon wakil Presiden kubu Prabowo, jelas hasil ijtima' ulama itu sudah tidak dipatuhi oleh Prabowo, karena nyatanya memang Prabowo tidak terlalu ambil pusing dengan hasil ijtima' ulama tersebut.

Artinya, satu point Prabowo berani ambil resiko apa terhadap keputusannya, untuk tidak patuh kepada pilihan para Ulama yang tergabung dalam GNPF. Justeru yang pada akhirnya tunduk pada keputusan Prabowo adalah ulama GNPF, yang mengkamuflase keputusannya atas nama ijtima' Ulama II.

Prabowo berani tidak patuh pada hasil ijtima' Ulama, karena dia tahu apa yang dihasil dari ijtima' tersebut tidak memenuhi harapannya, dan dia lebih tahu siapa yang lebih tepat untuk menjadi Cawapresnya. Pilihannya saat itu pada Sandiaga Uno, adalah keputusan yang tepat, dan keputusan itu pulalah yang didukung oleh ijtima' Ulama II, dengan mengakui Sandiaga sebagai Santri.

Satu sisi itu sudah memperlihatkan delegimitasi dari ijtima' Ulama, dan ijtima' Ulama itu tidak ada hasilnya. Dari situasi itu, Yusril sudah melihat potensi ijtima' itu tidak ada nilainya, bahkan kekuatan Habib Riziek pun tidak ada pengaruhnya.

Sekarang, ketika Yusril merasa tidak dianggap keberadaannya oleh koalisi Prabowo, tentunya dia juga harus berhitung tentang nasib partainya PBB kedepan, terutama di Pemilu Legislatif. Kebetulan Yusril dirangkul oleh kubu Jokowi-Ma'ruf, sebagai pengacaranya, tentu saja itu artinya terbuka peluang bagi Yusril dan partainya untuk bergabung dengan kubu Jokowi-Ma'ruf.

Sebatas itu, Yusril tidak salah pilihan, karena dia juga harus mengamankan partainya. Persoalannya, dalam gerbong Partai Yusril ternyata ada anggota FPI, yang ikut menjadi Caleg dengan bendera PBB, sementara afiliasi FPI bukanlah pada Jokowi-Ma'ruf, tapi pada Prabowo-Sandi, yang dianggap hasil ijtima' ulama II.

Anggota FPI berontak, bahkan dedengkot FPI, Riziek Shihab pun mengeluarkan maklumat, agar semua anggota FPI keluar dari PBB, dan tidak menjadi Caleg PBB. Disinilah kisah lucu baru dimulai, seperti tidak mengerti aturan KPU, anggota FPI mau mundur dari pencalonan anggota Legislatif, padahal aturan KPU tidak membolehkan Caleg mundur dari pencalonan.

Akhirnya, anggota FPI cuma bisa melakukan, dan berteriak 'Jangan Pilih Saya," seperti maju kena mundur kena. Yusril secara tegas menyatakan perang dengan Riziek Shihab, dia minta semua anggota FPl segera keluar dari PBB. Bahkan Yusril menantang Riziek untuk membuat Partai sendiri.

Seperti yang dilansir CNN Indonesia, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra meminta kepada seluruh anggota Front Pembela Islam (FPI) agar mundur sebagai pengurus dan caleg. Perintah itu dilontarkan untuk menanggapi maklumat Rizieq Shihab.

Sebelumnya, Imam FPI Rizieq Shihab memerintahkan seluruh anggota dan simpatisan FPI agar mundur sebagai pengurus dan caleg PBB.

"Saya menjawab tegas, saya minta semua anggota FPI yang menjadi pengurus dan caleg PBB agar keluar meninggalkan PBB," ucap Yusril saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (31/1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun