Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan Gus Dur yang Cuma Modal Dengkul

26 Januari 2019   07:37 Diperbarui: 26 Januari 2019   07:45 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Merahputih.com

Ada yang berang ketika Jokowi bilang, bahwa dia  tidak keluar uang saat Pilgub DKI. Gak ada yang salah sebetulnya pernyataan Jokowi tersebut, karena nyatanya memang, ketika awalnya dia menjadi Gubernur DKi, dia mendapat support dari Prabowo dan Megawati.

Perkara Hashim adik Prabowo keluar uang banyak untuk keperluan pencalonan Jokowi tersebut, itu soal lain lagi. Tidak mungkin Hashim tiba-tiba saja mau keluar uang tanpa ada kepentingan, yang jelas momentum tersebut adalah juga momentum untuk mempromosikan Prabowo sebagai Calon Presiden.

Kenyataan pada akhirnya Jokowi harus bertarung dengan Prabowo di Pilpres 2014, itupun bukanlah kuasanya Jokowi. Namun itu juga yang menjadi Pil Pahit bagi Prabowo dan Hashim, karena diluar dugaannya, orang yang pernah disokongnya di Pilgub DKI, sekarang jadi rivalnya, sampai di Pilpres 2019.

Coba dipikir lagi, apa yang salah dengan pernyataan Jokowi.? Karena pada kenyataannya memang demikian. Sama halnya dengan pernyataan Gus Dur, kalau dia jadi Presiden itu modal dengkul, ya dengkulnya Amien Rais, karena memang Amien Rais lah yang mengupayakannya agar Gus Dur bisa jadi Presiden, demi menolak Megawati.

Sama juga dengan Jokowi, yang maju ke Pilgub DKI Jakarta cuma dengan modal dengkul, dengkul Prabowo dan Hashim, biasa dong dalam dunia Politik hal seperti itu. Simbiosis mutualism dalam Politik itu sudah jamak, tidak perlu dipersoalkan.

Seorang pengusaha pasti sudah menghitung Untung ruginya, untuk bertaruh didunia Politik, soal akhirnya tidak menguntungkan, itu soal lain, bisa jadi karena salah perhitungan. Mungkin awalnya gambling, dia pikir kalau nantinya bisa kongkalingkong kalau sudah berkuasa, nyatanya yang didukung tidak bisa ajak kompromi.

Sesal kemudian tidak berguna, biar tidak jadi penyesalan, jangan ada hitung-hitungan kalau ingin disebut berjasa. Berkorban mengharap pahala semata lebih melegakan, ketimbang berkorban dengan segala celoteh putus asa.

Begitulah takdir bagi setiap orang, kalau sudah ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin, tanpa susah payah dia akan mendapatkannya. Banyak yang ingin menggapai takdirnya dengan bersusah payah, pada akhirnya uang habis, usaha pun sia-sia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun