Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kuatnya Insting Politik SBY

29 Desember 2018   11:32 Diperbarui: 30 Desember 2018   08:45 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Tribunews.com

Satu-satunya Presiden di Era Reformasi, yang bisa menjabat selama 2 Periode, barulah Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). BJ Habibie hanya melanjutkan pemerintahan Soeharto, Gus Dur dilengserkan setelah 2 tahun berkuasa, dan Megawati hanya melanjutkan pemerintahan Gus Dur.

Sebuah track record yang bagus untuk seorang Presiden, sebagai politisi tentunya cukup diperhitungkan dikancah Politik. Memang, sebagai seorang Presiden tidaklah sempurna, ada kekurangan dan kelebihannya. Apalagi semasa pemerintahannya banyak kader Partai dan menterinya di kabinet tersandung kasus korupsi, padahal jargon politiknya, "Katakan Tidak Pada Korupsi."

Diawal berkoalisi dengan Prabowo, SBY dan Demokrat terkesan mencari aman, tidaklah terlihat sepenuh hati. Ada kesan fokus mengamankan Partai di Pemilu Legislatif, karena banyak kader yang lebih memilih untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf, ketimbang Prabowo-Sandi.

Terakhir ini, SBY terkesan lebih all out untuk mendukung Prabowo-Sandi, agaknya instink Politik SBY mulai mencium kemenangan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019. Sebagai mantan Presiden RI selama 2 Periode, tentunya instink politik SBY sangat terasah, tahu cara untuk memenangkan sebuah Kontestasi.

Apa yang dilakukan SBY tentunya bukan sekedar spekulasi, jelas sudah dalam kalkulasi Politik yang matang. Pertemuan antara Prabowo dan SBY, dikediaman SBY beberapa hari yang lalu, pastinya atas inisiatif SBY, makanya pertemuan tersebut diadakan dikediaman SBY.

Tidak ada yang tahu apa yang direncanakan dari pertemuan tersebut, tapi yang jelas keduanya sedang merencanakan sebuah strategi Pemenangan. SBY sangat erat kaitannya dengan strategi, karena SBY dikenal sebagai ahli strategi, dengan keahlian tersebutlah dia bisa melaksanakan pemerintahannya dengan mensejahterakan orang-orang disekitarnya.

Dalam hal tersebut, SBY sangat identik dengan Gurunya, Soeharto. Kepiawaiannya dalam strategi pun tidak terlepas dari ilmu yang diserap dari Gurunya tersebut. Jadi dalam hal strategi Politik, SBY jelas sangat mumpuni, sehingga Prabowo yang berjarak pada awal koalisi, sekarang berbalik merangkul SBY dengan sepenuh hati, sehingga jaraknya dengan PKS pun mulai dipertanyakan publik.

Pastinya yang diperhitungkan SBY adalah kemenangan Prabowo-Sandi, karena dengan kemenangan tersebut membuat harapannya sangat besar, terhadap akan terakomodirnya AHY dalam pemerintahan Prabowo-Sandi, dan itu artinya, pada Pilpres 2024, Demokrat berpeluang besar untuk memajukan AHY sebagai Capres.

Dalam kalkulasi kemenangan tentunya itu keuntungan yang didapat oleh SBY, tapi bagaimana jika keadaan yang terjadi malah sebaliknya, tentunya SBY akan mati angin, untuk merapat ke Jokowi-Ma'ruf, jelas tidak mungkin. Itu artinya dia harus berjuang sendiri untuk memajukan sang Putra mahkotanya di Pilpres 2024, dan instink politik SBY tentunya dianggap tidak jitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun