Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Seorang Pemimpin Bukan Cuma Orator

27 Desember 2018   09:36 Diperbarui: 27 Desember 2018   09:50 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bung Karno bukan saja seorang orator, dia adalah seorang yang Multitalenta dengan pemikiran yang multidimensi. Isi Pidatonya adalah apa yang dia sudah kerjakan, sudah dia alami dan yang akan dia lakukan. Dia sendiri juga seorang eksekutor dari pemikirannya, jadi dia tidak hanya ahli pidato, tapi dia membuktikan apa yang dia ucapkan.

Begitulah sejatinya seorang pemimpin, bukan cuma menjadi singa podium, tapi juga harus menjadi singa dibelantara rimba birokrasi. Masyarakat tidak hanya terpesona oleh penampilan dan ucapannya, tapi juga terhadap implementasi pemikirannya.

Banyak ahli pidato, tapi cuma ahli dalam pidato, gagal dalam eksekusi pemikirannya sendiri. Banyak yang pandai berpidato, tapi cuma pandai berpidato, tapi tidak pandai meng-implementasikan isi Pidatonya, bahkan apa yang diucapkan berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya.

Pidato berapi-api hanya sebatas membakar semangat pendengarnya, tapi dirinya sendiri tidak terbakar semangatnya, untuk merealisasikan apa yang diucapkannya. Inilah typikal orator yang tidak berbicara tentang realita sebenarnya. Dia hanya berhalusinasi tentang sebuah keadaan dan situasi, sementara dia sendiri tidak berada dalam situasi tersebut.

Seorang Orator bukan semata untuk mempengaruhi, tapi dia juga seorang yang siap terjun langsung untuk mengatasi keadaan, bukanlah seseorang yang cuma pandai mengarahkan telunjuk tangannya, sementara dia lupa kalau sebagian jarinya mengarah kepada dirinya sendiri.

Memang seorang pemimpin, idealnya juga seorang Orator. Tapi kalau cuma menjadi orator, itu artinya bukanlah seorang pemimpin yang kita butuhkan. Meskipun bukan seorang Orator namun mampu memperbaiki keadaan, mungkin yang begitu lebih bail dari sekedar cuma orator. Bisa menjadi operator jelas lebih baik dari sekedar menjadi seorang orator.

Sudah menjadi takdir bangsa ini, yang mudah terpesona, terhipnotis pada penampilan, sehingga mengabaikan nalar dan logikanya dalam menentukan sosok seorang pemimpin. Lebih mudah terperdaya terhadap sebuah kemasan, sehingga tertipu oleh isi yang sebenarnya.

Kadang berpikir, seorang pemimpin secara ideal yang komplit dengan agamanya. Tapi suatu ketika standard itu bisa berubah dengan sendirinya, sesuai dengan situasi politik dan kepentingannya. Menolak dengan tegas seorang pemimpin dianggap kafir, tapi disisi lain, menolak juga pemimpin yang sudah komplit sesuai dengan agamanya, lalu lebih memilih pemimpin yang tidak jelas Agama yang dianut.

Jadi tidak aneh kalau pada akhirnya, bangsa ini hanya berada dalam lingkaran setan kebingungan dalam memilih Pemimpin, alhasil pemimpin yang didapat tidaklah pernah sesuai dengan harapan. Setiap Lima Tahun sekali, persoalan yang dihadapi bangsa ini, hanya berkutat pada persoalan yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun