Sekian lama rakyat Muslim Yaman dibantai secara tidak beradab oleh Saudi Arabia yang nota bene juga muslim, tidak ada demo anti Saudi di Indonesia. Padahal sama-sama tragedi kemanusiaan, sama-sama penindasan terhadap umat Muslim. Tidak ada media-media Barat yang menyebarkan provokasi tentang kekejian Saudi terhadap rakyat Yaman, tanya kenapa.?
Tapi begitu Muslim uighur yang katanya diperlakukan tidak berprikemanusiaan, oleh komunis China, sontak rakyat Indonesia sensitivitas keislamannya tergugah, dan melakukan demo didepan kedubes China di Jakarta, dan anehnya yang diteriakkan pada demo tersebut justeru "2019 Ganti Presiden."
Jadi sudah jelas, apa sebetulnya muatan politis dari demo tersebut. Kalau mau Bela Islam, kenapa rakyat Muslim Yaman yang dibombardir habis-habisan oleh Saudi Arabia tidak ada yang tergugah keislamannya dan kemanusiaannya. Siapa sebetulnya yang menunggangi demo peduli Muslim uighur itu sebenarnya.?
Ribuan orang yang berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar China di Jakarta berteriak "2019 ganti presiden" saat menggelar aksi damai membela etnis minoritas Uighur pada Jumat (21/12). Lihat saja tokoh-tokoh yang hadir dalam aksi demo tersebut, hampir rerata aktor-aktor PA 212, dan pengusung #2019GantiPresiden.
Terlihat massa yang menyanyikan yel-yel Aksi Bela Islam 212. Beberapa tokoh Alumni 212 seperti Ketua Umum FPI Sobri Lubis, aktivis Neno Warisman, Sekretaris Jendral Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir, Ketua Umum DPP Persaudaraan Alumni 212 Slamet Ma'arif, dan Ketua GNPF-Ulama Yusuf Muhamamd Martak, turut meramaikan aksi hari ini.(cnnIndonesia).
Mungkin kalau isu Yaman tidak menarik bagi mereka untuk dikaitkan dengan Ganti Presiden, berbeda dengan isu persekusi Muslim uighur. Apa lagi provokasi media asing, terhadap perlakuan keji yang diterima etnis uighur, lengkap dengan foto-foto dramatis yang memang sudah didramatisir sedemikian rupa, demi memancing sentiment Agama.
Tragedi kemanusiaan di Yaman memanglah tidak menarik untuk digoreng secara politis, Â mungkin karena pertikaian sesama Muslim, jadi tidak ada sentimen agama yang bisa dibela. Padahal perselisihan yang dialami oleh Muslim uighur, secara kemanusiaan lebih dramatik, namun bukan sisi kemanusiaannya yang lebih dipersoalkan, tapi sentimen agamanya yang lebih dijadikan amunisi Politik.
Dalam momentum Pilpres, maka isu Muslim Uighur menjadi santapan Oposisi, atas nama kepedulian maka dijadikan Peluru untuk menghantam Jokowi. Lagi-lagi atas nama Bela Agama, namun muaranya tetap #2019GantiPresiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H