Lebih separuh Abad usiaku, banyak macam orang yang aku temui. Mulai dari orang jahat sampai orang baik, mulai dari orang yang beragama sampai yang tidak beragama.
Ditahun Politik sekarang ini, kita mudah melihat tampilan orang baik, karena seketika mereka terlihat menjadi orang baik. Mereka terlihat begitu peduli terhadap sesama, mereka menghambur-hamburkan uangnya untuk memperlihatkan kebaikannya.
Aku cuma bisa menilai dari sikap dan Prilakunya, yang tampak dipermukaan, namun aku tidak pernah tahu seperti apa yang sesungguhnya. Ada yang terlihat tidak baik, ternyata hatinya sangat baik, ada yang terlihat baik ternyata prilakunya tidak baik.
Yang lebih aneh lagi, ada yang terlihat beragama, tapi justeru tidak memberikan tuntutan sesuai dengan agamanya. Malah yang terlihat tidak beragama sangat baik Tata kramanya, halus budi bahasanya.
Ada yang sangat dipercaya, tapi tidak bisa memelihara Amanah. Yang terlihat biasa-biasa saja, malah sangat menjunjung Amanah. Sungguh bingung mencari defenisi sebenarnya, seperti apa orang baik yang sesungguhnya.
Lagi-lagi ini semua hanya perbedaan persepsi dalam melihat kebaikan. Ternyata setiap orang punya standar yang berbeda dalam mengukur kebaikan. Kalau mengukur kebaikan seseorang hanya karena rajin memberi dan berbagi, maka yang seperti ini banyak didunia ini.
Tapi Hakikat kebaikan itu sendiri seperti apa.? Apakah baik secara akhlak, apakah baik secara budi pekerti, atau baik karena tidak pernah melakukan tindak kejahatan.
Aku diperlihatkan sebuah kebaikan dari orang yang tidak berpunya, baik secara prilaku, mau pun baik kepeduliannya terhadap sesama. Kalau orang berpunya peduli dengan sesama itu memang sudah seharusnya, tapi ini tidak berpunya tapi sangat peduli dengan sesama.
Dia seorang Asisten Rumah Tangga yang bekerja paruh waktu dirumahku. Lebih dari 20 tahun bersama kami, kadang kami malu hati kalau tidak lagi mampu membayarnya, namun dia tetap ingin terus membantu.
Sehari-hari dia menyambi jualan gorengan. Itupun tidak semata mencari keuntungan. Alasan dia menjual gorengan dengan murah, agar bisa membantu orang lain, karena dia merasa tidak memiliki amal apa pun untuk bekal akhirat.
Dia berjualan gorengan pun suka-suka, kalau pun pembelinya gak punya uang dia biarkan saja. Dia tidak pernah merasa kesulitan, meski hidupnya penuh kekurangan. Dimadu sama suaminya pun dia tidak peduli, mengasuh anak yang ditinggal isteri suaminya pun dia lakukan.