Jujur saya tidak mengerti korelasinya apa antara Aktivis Kemanusiaan dan Penyebar Hoax. Bagi saya seorang Aktivis Kemanusiaan itu pekerjaannnya sangat mulia, sebaliknya Penyebar Hoax itu sangat tercela. Jadi bagaimana mungkin orang seperti Ratna Sarumpaet itu bisa merangkap kedua profesi tersebut secara serentak.
Saya kenal beliau sejak tahun 1996, saat itu satu produksi dengan dia, menggarap sinetron serial Naga Bonar, yang bertindak sebagai Sutradara adalah adiknya, sebagai Produser adalah kakaknya, Mutiara Sani, dan yang menjadi penulis skenarionya Almarhum Asrul Sani, kakak iparnya. Ratna sendiri bertindak sebagai Line Produser, sementara saya sendiri sebagai Penata Kostum.
Beliau seorang yang sangat konsisten, dan sangat kritis. Ketika dia tidak suka dengan sistem yang berlaku dalam produksi, dia akan mundur. Dia tidak peduli apakah dia berhadapan dengan siapa, bahkan dengan kakak dan adiknya pun kalau tidak sepaham dia tinggalkan.
Lama Setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu. Suatu saat dia ada on air disebuah Radio, membahas tentang kasus Marsinah. Kebetulan saya menyimak acara tersebut, dan terhubung dengan beliau secara live via telephone. Kami bicara serius tentang kasus Marsinah. Wawancara itu terjadi sekitar Tahun 2000.
Dari situlah saya semakin tahu sepak terjang seorang Ratna Sarumpaet. Bahkan saya selalu memantau kegiatan Pementasan Teaternya Satu Merah Panggung. Kiprahnya didunia Kesenian pun tidak main-main. Setelah itu saya lihat lagi, beliau semakin concern sebagai aktivis. Kiprahnya juga sangat luar biasa. Dia type manusia yang nyalinya besar, suaranya lantang kalau berbicara.
Hanya saja beberapa tahun ini saya melihatnya semakin jauh berbeda. Seringkali dia mengkritisi Pemerintah tidak dengan data-data yang valid, sehingga apa yang disampaikan adalah Hoax, yang pada akhirnya minta maaf pada Pemerintah. Yang terakhir kemarin, tentang kasus hoax penganiayaannya, itu adalah sesuatu yang sangat patal.
Ini pun saya masih tanda tanya, masak sih seorang Ratna Sarumpaet yang begitu kritis sikapnya, aktivis kemanusiaan, melakukan sebuah tindakan yang bertolak belakang dengan aktivitas yang digelutinya. Apa dia tidak berpikir bahwa apa yang dilakukannya tersebut bertentangan dengan harkat kemanusiaan itu sendiri, sungguh naif rasanya.
Apakah karena faktor usia,? Tapi itupun gak mungkin, dia bukan nenek-nenek yang pikun. Sikap kritisnya belum hilang. Dia masih seperti Ratna yang Saya kenal, hanya saja saya pikir dia salah memilih pergaulan beberapa tahun belakangan.Â
Dia menjadi pongah karena kepintarannya, dia lupa kepintarannya tersebut bukanlah semata karena hebatnya dia, dia lupa kalau kepintarannya itu anugerah-Nya, agar dia bisa memanfaatkan untuk kebaikan, bukan menebar kebencian dan kebohongan.
Kalau saja Ratna Sarumpaet konsisten menggunakan kewarasannya, pastinya kepintran yang dimilikinya akan dimanfaatkan untuk kebaikan, bukanlah untuk menimbulkan kekacauan. Semoga saja Tuhan bisa memberikan Hidayah bagi Ratna Sarumpaet, agar dia bisa bertaubat dengan taubatan nasuha, semoga Pula dia seorang Muslimah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H