Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Tempe Prabowo-Sandi

12 September 2018   09:16 Diperbarui: 12 September 2018   12:09 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tulisan ini saya tidak cuma ingin mengulas polemik tentang Tempe yang dikemukakan Sandiuno, yang masih viral disosial media, tapi saya juga ingin mengulas "Politik Tempe" Prabowo-Sandi. Kenapa saya bilang Politik Tempe,? Karena tempe itu identik dengan lembek, lemah, seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam sebuah pidatonya.

 "Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2,5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita."

Demikian pidato Presiden Soekarno yang menegaskan bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang lembek seperti tempe. Pada masa revolusi kata 'tempe' memang kerap diidentikan dengan hal-hal negatif seperti cengeng, mudah menyerah atau lembek. Maka sindiran seperti 'mental tempe', 'pasukan tempe' atau 'pemuda kelas tempe' dipakai untuk meledek mereka yang dianggap lemah.(Merdeka.com)

Kenapa Saya bilang Politik Tempe Prabowo-Sandi.? Karena strategi Politik yang digunakan sangat lemah, terlhat keras tapi tanpa isi. Mau menyerang lawan tapi isu yang digunakan lemah secara data, tidak sesuai dengan realitas yang Ada. Yang terjadi malah seperti "Menepuk air didulang, tepercik muka sendiri."

Contoh soal isu Tempe setipis ATM, yang pada akhirnya Sandi minta isu itu jangan didramatisir. Pada kenyataannya, Sandi sendiri yang mendramatisir keadaan yang tidak sesuai kenyataan. Klaim Sandi tersebut dibalas oleh emak-emak yang memang tidak mengalami apa yang dikatakan Sandiuno. Karena memang kesulitan masyarakat yang digambarkan Sandi tersebut memang tidak separah kenyataannya.

Sama seperti Prabowo yang setiap Pidato selalu mengeksploitasi kemiskinan, tapi realitasnya kemiskinan saat ini Ada penurunan secara prosentasenya. Bicara soal BUMN merugi, Dan banyak yang dijual. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Bicara soal kekayaan Alam dikuasai asing, giliran Pemerintah mengambil alih Freeport, Prabowo malah membela Freeport.

Kenapa gak sebaiknya Sandi mengampanyekan bagaimana memakai pembasah bibir dengan baik dan benar, agar para emak-emak merasakan manfaat dari apa yang disampaikannya. Atau Sandi menukarkan seluruh dollar yang dimilikinya, agar Rupiah bisa kembali menguat, dan efeknya bisa dirasakan masyarakat.

Terus Prabowo membuat demontrasi Naik kuda melompati bukit-bukit di Hambalang tanpa stuntman, kalau Jokowikan pakai stuntman, jadi gak hebat. Siapa tahu video tentang Prabowo melompat bukit tersebut bisa dijadikan alat kampanye tentang kehebatan Prabowo, dari pada pidato yang isinya tidak otentik, yang malah semakin Akan menenggelamkannya.

Strategi Politik Tempe itu tidak efektif, ketika lawan politik sudah menguasai segalanya. Lebih efektif mengemukakan program yang realistis, yang sangat mungkin bisa dicapai kalau menang dalam Pilpres 2019. Supaya program tersebut bukan sekedar Janji, yang sangat tidak mungkin dilaksanakan. Berpolitik itu sama halnya dengan berpikir yang realistis, karena masyarakat berpikirnya sangat realistis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun