Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi dan Kabut Indonesia

24 Oktober 2015   08:02 Diperbarui: 24 Oktober 2015   11:10 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="gambar : www.suara-islam.com"][/caption]

Bencana sudah terjadi, hutan sudah terbakar, yang membakarpun sudah diketahui, namun kenapa semua kesalahan ditimpakan pada Jokowi. Apakah semua azab akibat dan prilaku masyarakat menjadi dosa Jokowi.? Kenapa kita berpikir picik mengkuti orang-orang licik yang sedang bermain politik.

Adalah bijak kalau sebuah bencana diatasi bersama, bukan lagi mencari salah siapa. Banyak orang yang meregang nyawa, yang butuh pertolongan kita bersama, namun banyak juga orang-orang tertawa bersama, menyaksikan apa yang mereka ciptakan menjadi sebuah petaka, itulah durjana yang berhati srigala.

Bukalah mata..disaat kita sibuk memberantas kabut asap, satu persatu calon pemimpin unggul masa depan, akan dipenjara karena kesalahan yang sengaja direkayasa, sehingga ketika pilkada berlangsung, kita hanya memilih pemimpin yang tersisa, dan itu adalah pemimpin yang sudah disiapkan untuk menjadi Srigala yang berbulu domba.

Bukalah telinga..kita akan mendengar bagaimana orang-orang yang kasak-kusuk berambisi merebut kekuasaan, dengan cara-cara mereka, hanya demi kepentingan ingin berkuasa mereka menekan pemerintah yang berkuasa memanfaatkan situasi bencana. Semua dikerahkan untuk menggoyang kekuasaan, karena mereka berpikir sekaranglah saatnya.

Mungkin Jokowi sudah tidak lagi tahu siapa kawan, dan siapa pula lawannya. Karena memang dia tidak pernah berpikir seperti itu, yang dia tahu kita adalah satu dalam Indonesia yang satu, begitulah sejatinya pemimpin. Meskipun ada yang mencoba menggunting dalam lipatan, dia pun tak ingin hal tersebut berakibat pada perpecahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun