[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="illustrasi : Merdeka.com"][/caption] "Mencari Pemimpin yang Bersih" Opini by : Ajinatha Untuk membersihkan rumah yang kotor, diperlukan Sapu yang juga bersih. Untuk membersihkan Pemerintahan dari aparatur negara "Yang Kotor" diperlukan seorang pemimpin yang "Bersih." Ini mutlak, karena bagaimana mungkin seorang pemimpin yang tidak bersih dari kejahatan hukum bisa mampu melakukan pembersihan terhadap aparatur negara yang kotor, mampu menegakkan hukum sementara dirinya sendiri berlumuran kejahatan hukum. Ini sebuah realitas dari sebuah keadaan yang nyata, yang ada didepan mata kita. Dalam konteks Suksesi Kepemimpinan Indonesia di Pemilu 2014, Pileg dan Pilpres 2014 nanti hendaknya sebagai masyarakat kita bisa lebih teliti, jejak rekam seorang Calon Pemimpin menjadi suatu hal yang harus dicermati, disamping juga kapabelitas, integritas dan elektabilitasnya. Keterkaitan seorang calon pemimpin dengan pemimpin sebelumnya juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya dalam mencari sosok pemimpin yang benar-benar bersih, karena juga harus bersih dari kejahatan pemimpin sebelumnya. Calon Anggota Legislatif Sebagaimana kita ketahui, hampir 80% Calon Anggota Legislatif (Caleg) pada Pileg 2014 adalah Incumbent, adalah anggota legislatif yang masih aktif sekarang, sebagai masyarakat tentunya kita mempunyai catatan baik dan catatan buruk terhadap caleg tersebut. Kalau kita betul-betul ingin memiliki anggota legislatif yang bersih, maka secara konsekwen kita harus tidak lagi memilih caleg yang memiliki track record yang buruk tersebut. Yang dimaksud dengan "Buruk" disini bukanlah hanya sekedar terlibat kejahatan hukum atau prilaku buruk lainnya, tapi juga buruk kinerjanya, tidak aspiratif dan cenderung bertindak tidak simpatik, sehingga jauh dari harapan sebagai sosok Wakil Rakyat yang bisa dibanggakan, bekerja dan mengabdi semata untuk kepentingan Partai bukan mengabdi untuk rakyat yang diwakilinya. Caleg seperti itu sudah harus kita tinggalkan dan jangan dipilih lagi. Calon Presiden Presiden sebagai pemimpin tertinggi di Republik ini, adalah sebuah kemutlakan yang harus dipilih sesuai dengan "Hati Nurani," bukanlah dipilih hanya karena disodorkan oleh Partai Politik. Selama ini kita ketahui bahwa partai politik tidak pernah bertanggung jawab terhadap buruknya kinerja presiden yang sudah diusung, partai politik tidak mampu merepresentasikan wakil-wakilnya dilegeslatif sebagai wakil rakyat, sehingga wakil partai dilegeslatif tidak mampu mengawasi kebijakan Pemerintah yang tidak Pro Rakyat. Memilih Calon Presiden sesuai dengan keinginan hati nurani adalah keharusan, memilih sosok figur calon presiden semata karena sosok tersebut memenuhi semua kriteria yang diharapkan, tapi juga bukan berarti mengabaikan partai yang mengusungnya. Jejak Rekam partainya juga perlu menjadi pertimbangan, meskipun bukan kemutlakan. Komitmennya terhadap kepentingan rakyat adalah suatu hal yang patut diperhatikan, sesuai dengan sikap dan prilaku serta kinerjanya yang sudah pernah diimplemntasikan secara nyata. Memilih Pemimpin yang bersih haruslah juga dari lingkungan yang bersih, termasuk juga dari jejak rekam partai yang bersih. Kalau pun seandainya seorang calon pemimpin yang diharapkan tidak dari partai yang bersih dari korupsi, minimal dia bisa berkomitmen untuk tetap konsisten bersih dari semua bentuk intervensi partai saat membuat berbagai kebijakan dalam pemerintahannya. Semoga saja mata dan hati kita dibukakan Tuhan untuk bisa melihat seperti apa idealnya seorang pemimpin yang mampu membawa kita pada tahap hidup lebih sejahtera, dan mampu memerdekan Bangsa dan Negara ini dari segala bentuk ketertindasan bangsa lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H