Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karya Seni, Kreativitas dan Kritikus Seni

24 November 2012   11:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:44 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kadang kita terjerat dalam pemaknaan dan kaidah-kaidah yang tersurat, sehingga pemaknaan dan kaidah-kaidah tersebut membelenggu pemberontakan kreativitas. Padahal aktivitas seni senantiasa harus berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia.

Setiap fase kehidupan berkembang secara simetris dengan peradaban manusia, seni dan budaya pun mengikutinya. Menjadi tidak berkembang jika para seniman dan budayawan tidak berpikir dan mengolah proses kreatif, dan hanya terpaku pada kaidah-kaidah yang baku, yang menjadi tuntutan dalam melahirkan karya cipta.

Pengayaan ide adalah manifestasi dari olah pikir secara kreatif, untuk melahirkan karya-karya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun tidak juga berarti dalam hal ini menisbikan karya-karya tradisi. Karya-karya tradisi sangat layak dijadikan pijakan untuk melahirkan karya-karya dengan kondisi kekinian.

Karya seni bukanlah sesuatu yang patut diperdebatkan, tapi juga bukan berarti tidak layak diamati. Peran pengamat dan kritikus seni sangatlah dibutuhkan, dengan adanya pengamat dan kritikus seni, maka karya cipta yang dihasilkan seniman bisa dinikmati, dan disampaikan kepada khalayak penikmat karya seni.

Pengamat dan kritikus seni berperan menyampaikan apa yang ingin dituangkan oleh seniman, namun tidaklah menggurui penikmat karya seni, dan membombardir senimannya lewat karya yang diciptakan. Banyak pengamat dan kritikus seni lebih cenderung memposisikan dirinya sebagai Yang Maha Tahu, sehingga pengamatan yang disampaikan menjadi berupa kritik yang memojokkan senimannya.

Tapi sah-sah saja kalau ada kritikus yang memposisikan dirinya sebagai seorang Yang Maha Tahu, sehingga hal tersebut menjadi medium untuk mengaktualisasikan diri. Karena sangat mungkin kritikan yang pedas akan direspon sebagai sesuatu yang kontroversi, sehingga apa yang disampaikan cukup mencuri perhatian khalayak pembacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun