Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Korupsi "Abrakadabra" Perampok Negara

10 Agustus 2012   21:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:58 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi : 3.bp.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="illustrasi : 3.bp.blogspot.com"][/caption]

Korupsi para penilap duit rakyat, seperti para pesulap
Menilap duit rakyat bagai disulap, jumlah yang kecil pun di Mark Up
agar cukup dikorup membiayai hidup dan membiayai partai
Tanpa malu tanpa tedeng aling-aling yang maling pun di aling-aling
agar tidak mudah tertangkap, dan kejahatan pun tidak terungkap
.
Ramai-ramai menilap duit rakyat, satu dikorbankan untuk ditangkap
yang berkuasa menguasai bawahannya, bawahannya pun menguasai bawahannya pula
Yang berkuasa dan keluarga dilindungi, agar tidak tercemar korupsi
tapi apa bedanya, korupsi tetap saja korupsi namanya
Ingin terlihat bersih dengan membangun citra diri
Hukum dipolitisasi, politik tanpa demokrasi
.
Penilap yang juga pesulap, menilap dengan menggila
menggelembungkan nilai kecil dengan cara disulap
birokrasi dipatahkan dengan kewenangan
Kewenangan yang tidak ada yang bisa mematahkankan
Raja diraja turut menjadi penilap, dan menyulap nilai dengan sesukanya
Raja diraja dianggap dewa, disembah bagai sesembahan
.
Raja diraja dan para penilap, berkolusi menghabiskan kekayaan negara
menyulap kekayaan negara menjadi kekayaan pribadi dan para koroconya
Brankas negara terbuka, ditilap dengan suka-suka
Hukum dan kekuasaan sudah bersanding membodohi rakyatnya
Politik sudah menjadi orkestra, yang menyanyikan secara koor
Segala macam bentuk tipu daya
Tinggallah rakyat menderita dan membayar Hutang Negara.

_______________________

Jakarta, 10 Juli 2012

Penikmat Orkestra para penjarah negara

Salam - Ajinatha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun