Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Manipulasi" Hasil Rekapitulasi Suara

11 Juli 2012   23:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="foto : Kompas.com"][/caption] Proses perjalanan panjang Surat Suara dari TPS sampai ke KPU DKI, sangat rentan dengan "Manipulasi" jika tidak dikawal dengan baik. Karena pada proses perjalanan dan saat rekapitulasi inilah besarnya peluang untuk terjadinya kecurangan, mengingat banyaknya penumpang gelap, alias penduduk DKI yang tidak mempunyai KTP tapi diundang untuk mencoblos, dan suaranya sangat mungkin bisa dimanfaatkan. Sementara itu kalangan menengah yang banyak dinilai pengamat jika semuanya memilih, sangat menentukan kekalahan Foke. Namun pada kenyataannya justeru kalangan menengah inilah yang banyak tidak mendapat undangan untuk mencoblos, sekalipun memiliki KTP DKI Jakarta. Ini adalah upaya sisitematis untuk merekayasa kemenangan calon Incumbent, Foke-Nara, tapi kenyataannya di putaran pertama tetap saja Foke-Nara dikalahkan Jokowi-Ahok. Terlenanya Foke-Nara dengan hasil yang digadang-gadangkan Lembaga Survey, yang mengatakan bahwa Foke-Nara berada pada urutan teratas, sehingga membuat calon incumbent ini terlalu percaya diri akan memenangkan Pilkada DKI dalam satu putaran. Ambisi inilah yang dikuatirkan di Putaran Kedua nanti diupayakan dengan berbagai cara untuk tetap menang, salah satunya adalah dengan cara memanipulasi hasil rekapitulasi suara. Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow, Rabu kemarin di Jakarta mengatakan pada Kompas.com, "Hasil hitung cepat pilkada yang menempatkan pasangan calon petahana pada nomor dua menimbulkan kerawanan manipulasi suara. Sebab, selama ini kampanye pasangan Fauzi Bowo-Nachrawi Ramli selalu mengungkapkan harapan pilkada satu putaran. Ketika meleset, bisa saja upaya curang dilakukan." Kecurangan ini bisa saja terjadi jika tidak ada pengawalan yang ketat saat proses perjalanan surat suara mulai dari TPS sampai ke KPU DKI, bahkan sampai proses rekapitulasi suara dilakukan. Karena bukan tidak mungkin kecurangan itu akan terjadi, mengingat Foke-Nara adalah calon dari partai yang berkuasa, kemenagannya sangat berpengaruh pada perolehan suara partai di wilayah DKI Jakarta pada Pemilu 2014 nanti. Pada putaran kedua nanti apa pun bisa terjadi, tapi antusiasme masyarakat terhadap kemenagan Jokowi-Ahok di putaran pertama juga tidak bisa diabaikan, kalau tiba-tiba di putaran kedua Jokowi-Ahok kalah karena terjadinya banyak kecurangan, kemenangan Foke-Nara pun tidak ada artinya. Kemenangan Jokowi-Ahok di putaran pertama adalah kemenagan rakyat yang sudah sangat merindukan perubahan dan sudah sangat tidak menyukai Staus Quo.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun