Bulan Juni 2011 yang lalu saya menunaikan Ibadah umroh ketanah suci Mekah, sungguh ini merupakan pengalaman yang sangat berkesan seumur hidup, karena berkat Rahmat Allah swt akhirnya bisa juga sampai ketanah suci mekah. Dengan sepenuhnya niat beribadah saya dan isteri benar-benar dilancarkan semua urusannya untuk sampai ketanah suci mekah, dan dilancarkan juga dalam pelaksanaan rukunnya tanpa ada hambatan sedikitpun. Alhamdulillah baik selama ibadah di mekah tidak ada hal-hal yang aneh saya alami begitu juga ketika melaksanakan semua ibadah dikota madinah. Dari sekian banyak tempat memang baitullah adalah tempat yang paling berkesan bagi saya, sekalipun dalam panas terik melakukan ibadah Tawaf, namun sedikitpun tidak merasakan panasnya terik matahari disekitar baitullah, Subhannallah...Allah memang maha Besar dan maha mengetahui, sehingga pelaksanaan ibadah semua terasa sangat lancar. Beberapa pengalaman di sekitar Bailtullah Banyak orang menangis ketika berada di Baitullah terlebih ketika mereka bisa mencium hajjar aswad atau rukun yamani atau juga ketika mereka bisa sholat di hijjir ismail. Sudah puas aku paksakan untuk menangis tapi tetap saja aku tidak bisa menangis, dan aku pikir memang tidak ada alasan untuk aku menangis, ada juga yang merasa tanpa diduga-duga menetes airmatanya, memang hal itu sangat bisa terjadi tergantung bagaimana suasana hati seseorang menghadapi situasi dan atmosphere baitullah tersebut. Dua kali aku bisa sholat sunat di Hijjir Ismail, sementara untuk masuk ketempat tersebut membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Banyak yang bersujud sambil meratap dan menangis, sungguh aku sendiri tidak mengerti apa yang mereka tangisi. Begitu juga setelah sholat sunat dan bermunajat, dapat pula kesempatan untuk mendekatkan pipi dan muka kedinding ka’bah sambil berdo’a, yang konon katanya Hijjir Ismail ini merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk memanjatkan do’a, lagi-lagi saya cuma berdo’a dan tidaklah menangis, sementara orang-orang dikanan-kiriku menangis sejadi-jadinya, ingin aku juga menangis tapi lagi-lagi aku tidak tahu menangis untuk apa. Lama aku berpikir, adakah yang salah dengan diriku, ataukah aku sudah kehilangan sensitivitas keharuan ? Aku pikir tidaklah demikian, karena bagiku menangis itu sebetulnya adalah hal yang sangat mudah, aku mudah tersentuh pada hal-hal yang memang menyedihkan. Ada yang bercerita bahwa begitu melihat ka’bah saja mereka bisa langsung menangis, begitu menyentuh hajjar aswad mereka bisa menangis, begitu bersujud dihadapan ka’bah mereka bisa menangis, sungguh aku sangat iri dengan mereka yang begitu mudah menangis. Berpisah dengan baitullah Pada saat selesai tawaf wada, sebagai tawaf perpisahan dengan baitullah, saat itulah aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis karena aku takut tidak lagi ketemu dan di panggil ke baitullah. Saat itu aku betul-betul memohon do’a kepada Allah Swt, agar aku diberikan kesempatan untuk bertamu ke Baitullah, karena di Baitullah inilah aku menemukan kedamaian ditengah hiruk pikuk tamu Allah lainnya. Semoga saja aku masih diberikan kesempatan untuk kembali bertamu ke Baitullah. Inilah pengalaman yang sangat menyedihkan, sedih jika tidak diberikan lagi kesempatan ke baitullah, maklum saja ibadah yang saya lakukan barulah Ibadah Umraoh, belumlah memenuhi Ibadah Rukun yang ke 5, makanya doa saya saat berpisah dengan baitullah adalah, agar Allah memberikan kesempatan sekali lagi bagi saya mengunjungi Tanah Suci Mekah, kalaupun seandainya itu tidak dikabulkannya, tentu saja Allah mempunyai rencana yang lebih baik bagi saya, dan saya akan sangat memakluminya. Demikianlah sekelumit pengalaman saya pergi Ketanah Suci Mekah, semoga saja pengalaman ini menginspirasi bagi teman-teman yang ingin melaksanakan Ibadah Haji ataupun Umroh Ketanah Suci mekah. Salam - Ajinatha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H