Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tetangga yang Bunuh Diri, Aku yang Berdosa

8 Mei 2012   16:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anakku yang paling kecil tiba-tiba masuk kerumah dengan tergopoh-gopoh, wajahnya pucat pasi dengan penuh ketakutan,“Ayah pak sudi tetangga kita meninggal bunuh diri yah…”“

"Inalillahi wainailaihi roji’un…yaudah kamu cuci muka dulu ya…
Lalu segera melawat kerumah keluarga pak Sudi, aku coba cari tahu apa yang menyebabkan pak Sudi meninggal. Aku menjadi merasa begitu berdosa setelah mengetahui kalau pak Sudi meninggal karena bunuh diri. Hal itulah yang membuat akumerasa bersalah dan menitikkan air mata begitu sampai dirumah.
"Lho…ayah kenapa menangis…toh pak sudi itukan hanya tetangga kita yah..”Kata istriku,

sungguh dia tidak mengerti kenapa aku menangis.“Memang pak sudi itu hanya tetangga kita bu…tapi saudara kita yang paling dekat itu ya tetangga bu…”

"Saudara gimana ayah ini..toh diakan bukan siapa-siapa kita…”

"Astaghfirullahaladzim bu…kita diajarkan untuk menganggap tetangga itu seperti saudara terdekat…berdosa besar kalau sampai mereka mati karena kelaparan, tapi kita tidak mengetahui..”

"Lho ayah ini aneh…didunia ini bukankah kita punya tanggung jawab masing-masing…”

"Tapi hakekatnya tidak demikian bu…kalo ayah sampai sedih begini, itu cuma karena ayah merasa berdosa…kitakan tahu pak sudi itu hanya penarik becak…sementara kita ini hidup serba berkecukupan..”

"Tapikan kita juga sering bersedekah sama anak-anaknya…”

"Yaudahlah bu…ayah mau menghadiri pemakamannya dulu..”
Aku begitu merasa bersalah kalau sampai pak sudi itu meninggal karena stress menghadapi kesulitan hidup. Sampai dirumah almarhum aku mendapatkan keterangan dari anaknya kalau pak sudi itu meninggal karena sudah mati akal, gak sanggup lagi menghadapi hidup, anaknya mau masuk SMP tapi dia tidak punya biaya.

Mendengar kabar seperti itu, timbul penyesalan dalam diri aku…sungguh aku tidak berguna, tetangga dekat dalam kesulitan aku tidak tahu…Ya Allah sungguh hamba telah lalai pada amanah-Mu…memang semua atas kehendak-Mu…tapi kelalaian hamba ini bukanlah kehendak-Mu…ini semata-mata hanya kebodohan dan kelalaian hamba..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun