Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gigolo dan Maraknya Bisnis Prostitusi Laki-Laki

23 September 2011   10:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41 5990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terinspirasi dari berita di kompas.com hari ini (23/9/2011) yang membahas tentang bisnis prostitusi laki-laki (Gigolo) di Surabaya, makanya saya tertarik untuk membahasnya, karena kebetulan saya juga pernah mewawancarai langsung seorang yang berprofesi sebagai GIgolo. Gigolo dan Tante-tante Dua hal yang saling terkait seperti Suplay and demand, yang jelas munculnya Gigolo gigolo pasti karena adanya pasar yang membutuhkan, di Metropolitan yang kehidupan berjalan sangat heterogen, dengan berbagai jenis kehidupan semua berpasangan, tingkat kesibukan dan kemapanan hidup menjadi  problematika tersendiri yang tanpa disadari akan menyeret seseorang pada hal-hal yang terlarang, dosa bukan lagi menjadi penghalang untuk memenuhi kebutuhan yang ditunjang kemapanan kehidupan. Sudah menjadi rahasia umum Lelaki Penjaja sexual (Gigolo) sangat marak di metropolitan ini juga dikota-kota besar lainnya di Indonesia, mereka ada karena ada pasar yang membutuhkan, ditengah kesibukan metropolitan jakarta tetap saja banyak wanita kaya yang mengalami kesepian, baik itu lajang maupun isteri yang kesepian, selama ini kita hanya mengenal “Mucikari” hanya untuk penjaja wanita, namun hebatnya metropolitan ini mucikaripun sudah pandai menjajakan laki-laki, dengan berbagai kemasan yang menarik, mulai dijajakan sebagai jasa Pemijat sampai menjadi Jasa Pengawalan (Bodyguard), dengan cara ini kemasan akan lebih terasa aman dipasarkan. Target pasar yang ingin dicapai rata-rata adalah para wanita executive sampai isteri pejabat yang kesepian, para gigolo ini bisa disewa secara harian maupun bulanan tergantung kebutuhan, yang hebatnya lagi gigolo ini juga tidak hanya melayani perempuan, lelaki yang mempunyai kelainan sexual (Gay) juga menjadi target sasaran mereka, memang tidak semua gigolo yang Bisexual, tapi rata-rata sudah dipersiapkan untuk bisa seperti itu, berikut ini sebagai illustrasi saya kutip dari Kompas.com, Bisnis prostitusi gigolo gay milik Sugito sudah "meluluskan" ratusan gigolo. Entah sudah ada berapa ratus gigolo didikan lelaki kemayu berusia 36 tahun yang tersebar di Surabaya dan sekitarnya. "Anak buah saya datang dan pergi. Ada yang pergi, ndak lama ada yang datang. Yang jelas, anak buahnya saya tidak lebih dari enam atau tujuh orang saja,” ujarnya, Jumat (23/9/2011). Sugito memang dikenal sebagai penyedia gigolo sukses. Dalam satu bulan, Sugito bisa meraup untung bersih sampai Rp 7,5 juta. Di mata anak buahnya, Sugito memang dikenal baik dan keibuan karena mau ngemong hidup mereka di Surabaya.(Kompas.com) Setidaknya itulah yang dipahami Aldo (27), seorang gigolo mandiri, yang pernah ngobrol dengan penulis dalam suatu kesempatan dilokasi shooting beberapa waktu yang lalu. Berawal sebagai gigolo panggilan atau freelance, kini Andi sudah ‘naik pangkat’ menjadi gigolo yang sudah dipelihara oleh seorang wanita yang jadi pelanggan setianya. Beda gigolo freelance dan peliharaan adalah pada sifat penghasilannya. Gigolo peliharaan mendapatkan `gaji` rutin, sedangkan penghasilan gigolo freelance tidak menentu, tergantung naik-turun jumlah penggunanya Menurut Aldo yang lulusan SMA, mengikat pelanggan bukanlah perkara mudah bagi gigolo. Karena jumlah tante-tante girang yang jadi konsumen tidak banyak di Surabaya, makanya Aldo hijrah ke Jakarta mengadu nasib, selain menjadi Gigolo juga menjajal kemampuan actingnya di dunia sinetron, menurutnya para gigolo harus pandai-pandai mempromosikan diri, melalui shooting sinetron ini dianggapnya salah satu cara untuk mempromosikan diri. Ini bukanlah fenomena yang baru, sudah ada sejak lama…bahkan dulu film-film Indonesia sering membuatnya sebagai setting cerita, sehingga film tersebut menjadi acuan bagi anak-anak muda yang merantau ke jakarta, berharap bisa seperti kehidupan di film yang ditonton, datang ke jakarta bertemu tante-tante yang kaya demi untuk hidup senang tanpa memikirkan dosa. Sumber tulisan: http://regional.kompas.com/read/2011/09/23/14261625/Ratusan.Gigolo.Sugito.Tersebar.di.Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun