Seorang Kompasianer yang mengaku kepada saya bahwa ayahnya seorang anggota DPR, dia sangat terusik dengan tulisan saya yang banyak membicarakan tentang anggota DPR, sehingga dia bertanya pada ayahnya tentang semua tuduhan masyarakat tentang Prilaku Anggota DPR. Hal yang membuat dia lega adalah, ayahnya bukanlah bagian dari yang terbanyak di lembaga legislatif tersebut. Tapi sebagai anak muda tetaplah dia merasa malu dengan buruknya citra lembaga terhormat itu.
"Om apa memang seperti itu sanksi moral yang diberikan masyarakat terhadap buruknya prilaku anggota DPR RI.." katanya
"Kehidupan sosial dalam masyarakat kebanyakan memanglah demikian..gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga"
"Ya tapikan om tidak semua anggota dewan seperti itu.."
"Kita juga tahu akan hal itu..tapi apa bisa kita jelaskan pada masyarakat seperti itu, sementara media terus memberitakan prilaku buruknya.."
"Aku sampe kesal sama ayahku om..tapi ayahku bilang, kalau ayah juga keluar dari lembaga itu, lama-lama isinya ya begitu semua..apa kamu tega. Itulah kata ayah saya om"
"Ya ayah kamu benar..dia sudah menentukan pilihan, setiap pilihan ada resikonya.."
"Aku harus bersikap gimana om, menghadapi kecaman teman-teman dikampus juga kecaman orang-orang tentang anggota dewan.."
"Ya itulah yang harus kamu perjuangkan..bagaimana menahan kesabaran terhadap semua hal tersebut."
Curhat ini disampaikannya via BBM, yang pada awalnya kami berkomunikasi lewat inbox kompasiana. Setelah itu dia meminta pin BB saya, barulah kami berkomunikasi. Anak ini anak yang baik, dia hanya silent reader di Kompasiana dan dia sangat minta saya merahasiakan identitasnya di Kompasiana. Saya apa adanya saja bicara sama dia, apa yang ada ditulisan saya itulah yang saya katakan sama dia. Sayangnya dia tidak ingin menyebutkan siapa nama ayahnya.
Jakarta, 12 Mei 2011