Mohon tunggu...
Aji Kusumo Ardi
Aji Kusumo Ardi Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa Sekolah Tinggi kedinasan di Jakarta, mencoba belajar menulis, berkarya dan menjadi kuncup yang mampu hidup menghadapi terpaan angin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosial dalam Kacamataku

10 Desember 2010   04:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sosial, kata yang diambil dari kata latin socius, yang berarti hidup bersama, bukan hanya manusia saja, tetapi juga hewan. pengembangan dari ilmu in disampaikan oleh Auguste Comte (seorang ahli berkebangsaan Perancis *yang pernah dapat sosiologi pasti tidak asing lagi) menyampaikan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama. Sosiologi juga merupakan A king of all science, raja dari ilmu yang tidak dipelajari oleh ilmu pengetahuan lain, dan sosial juga merupakan ilmu sisa.

Kembali ke ranah Sosial, kata sosial memang tak terlepas dari kata yang berkonotasi sesutu yang tidak baik, atau mengalami degaradasi pengertian yang semula berarti hidup bersama, kemudian menjadi hal terkait dengan bantuan untuk mereka yang terpuruk. Atas nama sosial, para mahasiwa dan elemen masyarakat mulai mengalakan bantuannya dalam membantu bencana yang menghampiri Indonesia ini. Sosial dijadikan entry point dalam munculny modal yang ada dimasyarakat kita yaitu rasa solidaritas dalam membantu. Modal yang sungguh luar biasa dibandingkan dengan "only speaking", dan saya ambil istilah dari seminar yang saya ikuti yaitu kebadakan hati nurani yang tentu saja bagi "mereka", pergi ke luar negeri dan bagi saya hanya mengurusi hal yang tidak penting. Saya tidak hanya membahas hal tersebut karena bukan kapabilitas saya dalam mengkritik dan koar-koar yang pasti tidak akan didengarkan oleh "mereka" #demokrasiataubukan.

Selain itu, sosial tak jauh beda dengan kata miskin, pemiskinan dan hal yang berbau tersebut. Sosial dan bantuan karena berjiwa sosial diberikan kepada yang miskin. Miskin pun tak jauh beda dengan pemiskinan yang dilakukan oleh "yang berkuasa". Dalam hal ini saya ambil contoh kasus Freeport yang membuat rakyat Indonesia khususnya papua merasa tidak adil, bayangkan berapa emas yang diraup dan dibawa, sedangkan Indonesia hanya mendapat 1%, hohohoho, #Ironis. selanjutnya bisa dibaca http://tinyurl.com/3xaxlx9. Perusahaan yang menggalakkan Corporate Socia Responsibilities juga hanya daipandang hanya mengurangi sedikit dapat dari pemiskinan ini akibat dari opersi yang dillakukan oleh perusahaan. Liatlah pulau Bangka Belitung dimana pengambilan timah sangat memperihatikan, menyisakan bongkahan kawah bekas penggalian dan sekarang dampaknya hanya merugikan masyarakat sekitar.

Sistem pendidkan kita, juga membuat kita menjadi tambah jauh dari unsur sosial masyarakat tempat kita berasal.Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin jauh dari usaha meningkatkan usaha sosial kita tempat kita dulunya berada, saya ambil contoh tentang seseorang yang kuliah di LN, dan bekerja di LN, mereka menjauhkan diri mereka dari tempet mereka dulunya berada dan dampak yang diakibatkan juga rasa sosial yang kurang atas banyaknya kesibukan yang dialami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun