Kartini itu masih hidup
dia melekat pada ketegaranmu ibu
mengandung dengan perut yang buncit
beban yang hari ke hari bertambah pula
sementara seabrek pekerjaan rumah menanti
mencuci, menyiapkan pakaian ayah, menanak nasi
jika bukan karena ketegaranmu, tak selaraslah hidup ini
Kartini itu masih hidup
dia menyatu dalam pengorbananmu ibu
bertaruh nyawa antara hidup dan mati
belum rasa sakit yang mau tak mau diterima
melahirkan anak 'sekundang' ke dunia nyata
adakah keluh untuk meminta sudahi?
tak. tak samasekali. justru simpul yang ada
Kartini itu masih hidup
dia tersulam dalam keikhlasanmu ibu
entah berapa ratus liter asi yang telah kami teguk
terkadang kami menangis. keras. begitu mangkas
apakah engkau marah, memukul, memberangangi kami?
sekali saja tak. tak pernah lakukan itu
malah dekapan kasihmu buat kami diam. terbuai
Kartini itu masih hidup
dia berbaur pada didikanmu ibu
mengenal huruf hijaiah, Alif hingga Ya
merapal huruf alfabet, A hingga Z
meski lisan kami tertabatabata
tapi hingga akhirnya kami kuasa membaca
Kartini itu masih hidup
hidup di sini, sana, di mana saja
tak pandang ras, strata, juga siapa dia
selama selendang juang masih terlilit
selama sehelai sutra terikat tekat
Kartini ... masih terus ada!
Jepara, 20 April 2014
*Ilustrasi by: senirupa.blospot.com
*Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Puisi Kartini.
*Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community, di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H