Mohon tunggu...
Ajie Muhammad
Ajie Muhammad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bully Bukan Kambing Hitam

24 Mei 2016   01:46 Diperbarui: 24 Mei 2016   10:09 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam setiap lingkup lingkungan, baik itu sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan keluarga, tidak semuanya mampu merangkul komunitas yang ada. Di mana setiap individu tidak mampu secara menyeluruh mampu sesuai dan menyesuaikan diri dengan individu yang lain. Maka di situlah akan bersatu para individu yang membentuk kelompok. Dan dalam setiap kelompok pastinya ingin menunjukkan eksistensi mereka. Bahkan ingin menunjukkan siapa diantara mereka yang paling unggul. Sehingga pergesekan antar kelompok menjadi tak terelakkan. Dan terjadilah saling membully antar individu atau kelompok.

Menurut Buku Psikologi Perkembangan karya Yudrik Jahja (2001) bully merupakan ancaman baik fisik maupun verbal terhadap seorang anak oleh orang lain. Dengan begitu pelaku bully akan mendapatkan kepuasan dan rasa senang. Biasanya pelaku bully paling senang dengan melihat ekspresi kegelisahan dan sorot mata permusuhan dari korban bully. Dengan begitu akan ada gesekan-gesekan persaingan yang terjadi antar individu atau pelaku bully dan korban bully. Tak jarang juga akan timbul rasa dendam dari korban bully untuk membalas perbuatan pelaku bully terhadapnya. Bully memang akan berdampak dan mempengaruhi korban bully. Biasanya akan timbul depresi, rendah diri, paranoid (curiga), cemas obsesi, agresi, hingga bunuh diri.

Dalam interaksi sosial, tentunya tidak selalu berjalan dengan mulus dan enak. Tidak semua interaksi akan menyenangkan. Namun, terdapat adanya rasa manis dan pahit juga. Tak jarang akan terjadinya pergesekan-pergesekan yang mewarnai interaksi sosial itu sendiri. Misalnya, dua kubu yang berperang. Mereka mengangkat pedang dan saling membunuh untuk menang. Apakah itu bukan interaksi sosial? Tentu saja iya. Akan tetapi interaksi yang tergolong pahit.

Seperti halnya interaksi yang terdapat panis dan pahit, dalam interaksi sosial pada usia sekolah pun demikian. Kejadian mengerjai teman, mengolok teman, dan gesekan berupa kontak fisik merupakan hal yang tak terelakkan. Dan tak jarang membully temannya. Seakan-akan itu merupakan sesuatu yang menambah warna keseruan dan cerita dalam interaksi sosial, dan memberikan kesan tersendiri. Dengan mendapatkan bully dari temannya, anak akan belajar sesuatu. 

Mereka korban bully akan bisa berpikir bahkan mereka mendapat perlakuan yang tidak baik, dan mereka tidak akan melakukannya kepada orang lain. Dan masih banyak hikmah yang bisa dipetik. Bahwa bully juga membuat anak menjadi kuat secara mental. Bahkan ketika anak menginjak dewasa dan melakukan reuni teman masa kecilnya, kejadian membully teman merupakan kejadian yang lucu untuk dibicarakan. Dan mereka tertawa dan menambah akrab pembicaraan.

Memang membully dapat menimbulkan beberapa dampak pada korban bully. Tetapi bully yang seperti apa? Kita janganlah memandang secara monolitik bahwa bully itu buruk dan tidak sesuai. Bully merupakan sesuatu yang alami terjadi dan tak terelakkan dalam terjadinya interaksi sosial. Dan selalu ada dalam interaksi terutama di sekolah. Jadi, bully itu adalah hal biasa, dan bukanlah hal baru. Dampak positif negatife bully pun tergantung bentuk bully itu sendiri.

 Bully yang cenderung mengarah pada permainan sesuai umur anak, itu adalah hal wajar. Misalnya anak yang kalah dalam sebuah permainan, maka akan diejek oleh mayoritas temannya. Dan membuat mental anak jatuh. Akan tetapi dengan itu anak akan belajar untuk bangkit dan membalas kekalahan. Namun jika bully yang belum sesuai umurnya, misalnya dalam bentuk kejahatan sex, maka itulah yang berbahaya. Dan harus mendapatkan penanganan secara fisik dan mental juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun