[caption id="attachment_132095" align="alignleft" width="300" caption="EMB-314 "Super Tucano", Sumber: www.airforce-technology.com"][/caption] Tidak seperti kedatangan Jet tempur Su-27/30 SKM/MKII asal Eropa Timur layaknya selebritis, tanpa banyak pemberitaan, Lanud Abdul Rahman Saleh di Malang, serta Lanud Supadio tengah bersiap-siap untuk menerima kedatagan alutsista terbaru, yakni EMB-314 Super Tucano buatan Brazil, dan pesawat udara nir awak. Hal yang patut disimak mengenai kedatangan kedua pesawat tempur tersebut adalah, bahwa squadron pesawat untuk keperluan perang lawan greliya (Counter Insurgency/COIN) akan kembali bertaji lagi, setelah pendahulunya si kuda liar OV-10F Bronco telah lama pensiun, selain itu juga dengan di opersikannya squadron pesawat udara nir awak membuktikan bawa TNI AU telah menguasai salah satu perkembangan teknologi terkini dalam bidang kedirgantaraan militer. Siapa Itu Super Tucano dan Pesawat Udara Nir Awak ? Menurut situs airforce-technology Super Tucano EMB-314 merupakan pesawat yang berfungsi untuk keperluan lawan greliya, sejauh ini telah dioperasikan oleh Angkatan Udara dari negara-negara di Amerika Latin. Terdapat beberapa kelebihan pesawat tempur ini dibandingkan OV-10F, anatara lain, sistem persenjataan pada pesawat ini telah terintegrasi dan di operasikan melalui dua komputer yang terdapat di dalamnya, termasuk untuk pengarah senjata, majemen senjata hingga perencanaan misi. Selain itu juga Super Tucano dapat dilengkapi perangakat pencitraan infra merah Forward Looking Infra Red tipe N/AAQ-22 SAFIRE buatan Elbit System, perangakat tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan senjata, navigasi, hingga menjejak sasaran, sehingga pesawat ini akan menjadi pemburu yang efektif dalam opreasi lawan greliya baik malam maupun siang hari, selain itu persenjataan yang dapat diabawa oleh Super Tucano terhitung lebih beragam, sebut saja seperti senjata tak berpemandu macam roket, bom jatuh bebas hingga senjata berpemandu seperti misil udara ke udara atau pun udara ke darat. Dengan kemampuan tersebut, selain dapat digunakan untuk keperluan COIN, Super Tucano juga dapat digunakan sebagai pesawat tempur untuk keperluan batuan tembakan udara jarak dekat (Close Air Support). [caption id="attachment_148031" align="alignleft" width="300" caption="UCAV buatan Genaral Atomics Aeronautical Systems, Sumber: Wikipedia "][/caption] Lain halnya dengan Squadron 21 di Abdul Rahman Saleh yang masih memberikan sedikit info mengenai “mainan” barunya, tidak terdapat informasi yang jelas mengenai jenis Pesawat Udara Nir Awak yang akan mendiami Lanud Supadio di Pontianak, informasi yang bisa di dapatkan melalui situs Mtreo TV hanya menjelaskan bahwa kedatangannya diperkirakan Medio 2011, namun jika kita melihat beberapa berita terdahulu seperti pada situs antaranews tanggal 4 Juni 2010, disebutkan bahwa pesawat udara nir awak tersebut memiliki fungsi strategis, memiliki deteksi siang dan malam, serta dapat dipersenjatai. Apa bila melihat dari kriteria tersebut, hanya terdapat dua Negara produsen pesawat udara nir awak yang memiliki teknologi seperti kriteria tersebut, pertama Amerika Serikat dengan MQ-9 Reaper/Predator B atau Israel dengan HERMES 450 atau Heron UCAV nya. Mana yang akan di ambil ? tentu kita hanya bisa menunggu, itu pun jika di kasih lihat. Penjaga Perbatasan. Terdapat ciri khas yang sama terhadap ke dua alutsista tersebut, yakni jarak jangkau operasional yang jauh, dimana Super Tucano memiliki jarak operasional hingga 4280 KM atau setara waktu operasional 6 jam 30 menit, sementara pesawat udara nir awak dapat dioperasikan hingga 24 jam. Dengan kemampuan tersebut tentu saja kedua alutsista ini akan sangat mematikan apabila di opersikan secara bersama, bagai mana tidak ? Pada saat pesawat nir awak dapat menjejak, melacak dan mengitari sasaranya selama berjam-jam tanpa kenal lelah dan tentu saja tanpa harus mebahayakan pilot, maka Super Tucano akan berperan sebagai penggebuk sasaranya. Apa lagi jika kemampuan kedua pesawat tersebut di gabungkan dengan inventaris lainnya milik TNI AU dengan senjata yang lebih berat, seperti SU-27/30 SKM/MK II dengan rudal Kh-31 nya, atau F-16 A/B dengan rudal AGM-65 nya, tentu saja kemampuan tersebut akan meningkatkan daya gempur dan daya gentar (deterrence) TNI AU. Sebagai penutup, penulis beraharap bahwa kedatangan teknologi-teknologi militer terbaru ini semoga juga dilengkapi dengan adanya kerja sama transfer of technology, setidaknya lisensi untuk membuat spae part, sebagaimana dulu yang pernah kita lakukan takala kita mebeli F-16 A/B, sehingga untuk kedepannya kita dapat memiliki kekuatan dan industri militer yang kuat dan mandiri. SUMBER http://www.airforce-technology.com/projects/super_tucano/specs.html http://www.antaranews.com/berita/1275648237/ksau-tni-akan-beli-empat-pesawat-tanpa-awak http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2010/10/25/32383/TNI-Siapkan-Infrastruktur-Pesawat-Intai-Tanpa-Awak http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/26/177819/125/101/Pesawat-Super-Tucano-Buatan-Brasil-Tempati-Skuadron-21-Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H