Pesawat tempur F-35 memiliki 3 varian, yakni varian CTOL (conventional take off
and landing), Varian VTOL (Vertical Take Off And Landing). Untuk sistem
persenjataanya, F-35 diproyeksikan untuk membawa persenjataan generasi terbaru.
Sebutsaja diantaranya AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM, hingga bom berpemandu GPS
(JDAM).
Walaupun F-35 diproyeksikan sebagai pengganti pesawat tempur F-15 dan F-16, namun
beberapa calon opeator pesawat jenis ini mulai meragukan kemampuannya. Sebut saja
Kemampuan radar yang disinyalir masih dibawah kemampuan radar pesawat tempur
sekelas SU-30, daya jangkau pesawat yang juga masih kalah dibandingkan SU-30,
terlebih lagi pada ruang senjata internal pesawat ini hanya terdapat 4 cantelan
senjata, sehingga memiliki kapasitas senjata dibawah pesawat tempur sekelas SU-30.
Hal-hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan, apakah pesawat tempur ini benar-
benar mampu menjadi pesawat penerus F-15 dan F-16 ? Walaupun begitu, program
pengadaan F-35 tetap berjalan hingga kini. Di wialayah Asean Singapura dan
Australia merupakan calon pengguna pesawat tempur jenis ini.
Sementara itu penantang dari timur adalah Sukhoi PAKFA. PAKFA merupakan singkatan
dari Perspektivny aviatsionny kompleks frontovoy aviatsii, atau jika di bahasa
Ingriskan menjadi Future Frontline Aircraft System. Sama seperti F-22 Raptor,
program Pakfa telah dimulai sejak tahun 1980-an. Namun dikarenakan bubarnya Uni
Soviet, dan kemudian disusul krisis finansial yang melanda Russia, program ini
akhirnya baru dapat diwujudkan pada tahun 2010, dan terbang perdana pada
29 januari 2010.
Belum banyak keterangan yang dapat diketahui mengenai Sukhoi PAKFA, namun beberapa
keterangan telah disebutkan oleh Angkatan Udara Russia dan Kementrian Pertahanan
Russia, sebut saja bahwa pesawat tempur ini memiliki kemampuan Stealth, dapat
terbang melebihi kecepatan suara tanpa after burner (Super Cruise), dapat membawa
senjata udara ke udara, udara ke darat, serta rudal anti kapal termodern, dan juga
terdapat beberapa kabar yang menyebutkan bahwa pesawat ini memiliki kepandaian
buatan.
Bagai mana dengan Angkatan Udara Indonesia ?
Dengan perkembangan Alutsita di sekitar negara Asean harusnya kita mulai panik.
Mengapa Tidak ? Dua negara yang kerap bermasalah dengan Indonesia telah membangun
kemampuan Angkatan Udara berkemampuan stealth. Memang hingga kini Australia dan
Singapura lebih banyak menunjukan sikap bersahabat, namun apakah siakp ini akan
tetap bertahan hingga masa depan ? Terlebih lagi apa bila kepentingan antar negara
akan saling berhadapan ?
Memang pada dasarnya dalam Hukum Internasional terutama pada Piagam PBB menekankan adanya cara-cara menghindari kekerasan, hal tersebut ditekankan pada pasal 2 ayat 4 Piagam tersebut. Selain itu memang terdapat berbagai mahkamah internasional yang diciptakan untuk memutus sengketa antar negara. Tetapi di sisi lain Piagam PBB pada Pasal 51, memberikan hak kepada negara-negara untuk melakukan tindakan bela diri.
Oleh karena itu memang pada dasarnya kita harus mengutamakan perundingan dalam
menyelesaikan sengketa, namun bagai mana kita bisa menang berunding tanpa memiliki
daya tawar yang besar ? Kita memang dapat bergantung kepada Dewan Kemanan untuk
melakukan berbagai tindakan dalam menjaga perdamaian dan kemamnan Internasional,
Namun bagai mana jika Dewan Keamanan gagal menentukan sikap, seperti pada perang
Korea Utara-korea Selatan, atau pada Perang Russia-Georgia ?
Atas adanya fakta-fakta tersebut sudah sewajarnya, kita juga harus dapat
menandingi perkembangan Alutsista negara-negara tetangga kita. Ibarat adagium
"Sivis Pacem Parabellum" yang berarti "If you Want Peace, Prepare For War", maka
untuk menjaga perdamaian, kemerdekaan yang telah kita peroleh, kita juga tidak
boleh mengesampingkan adanya kemungkinan perang.
Untuk saat ini kita memang masih memiliki daya tangkal yang cukup, karena
kita masih memiliki salah satu pesawat tempur generasi terbaru seperti
SU-27/30 SKM/MKII, namun patut diketahui bahwa Jumlah alutsita juga akan sangat
berpengaruh pada besar kecilnya daya tangkal, di satu sisi kita memang memiliki
pesawat tempur Su-27/30 generasi baru, tapi apakah akan sepadan jika kita akan
berhadapan dengan pesawat F-35 dengan jumlah yang lebih banyak ?
Oleh karena itu ada beberapa opsi yang di miliki Pemerintah Indonesia dalam
menghadapi hal tersebut, yakni meningkatkan kemapuan dalam hal pendeteksian
(contohnya mengoperasikan radar yang meiliki jarak jangkau yang jauh, ataupun
mengoperasikan pesawat terbang berkemampuan AWACS) dan melengkapinya dengan
sistem pertahanan udara darat ke udara yang canggih (sepeti sistem anti udara
S-300) atau turut membangun kekuatan angkatan udara yang berkemampuan stealth
(mengakuisisi PAKFA untuk TNI AU, atau bekerja sama dengan negara lain dalam
membangun pesawat generasi ke lima).