Tuhan, sudah lama aku ingin membuat surat untukmu,tapi selalu tertunda, Sudah lama aku ingin bercerita yang menjadi kesah tapi jua masih tertunda, kali ini aku tak ingin menundanya,walaupun surat ini entah tertitipkan dimana, dan tergantung dipohon pohon tempat umatMu menitipkan mimpi dan do’a..
Tuhan, hari ini ,hari dimana kau tetapkan angka kelahiranku, hari dimana masih Kau beri aku Segumpal nyawa kehidupan, hari dimana telah banyak lembaran suka duka diperjalanan waktuku yang tercatat, hari dimana telah juga banyak Kau beri aku segala kenikmatan juga hari dimana aku berkeluh kesah dan harus bersyukur pada tiap pemberianMu..
Dan kini usia itu satu persatu berguguran,Kau ambil kembali mengurangi dari tiap pertambahannya dan mengambil nilai nilai dari tiap lembar perjalanannya, yang akan menjadi pertanggungjawabanku, bila masaku telah berakhir, bila penjemputan dan bekalku telah habis waktunya..
Tuhan, kali ini juga masih Kau beri aku lembaran uji pada sebuah kesabaran, keikhlasan, atas setiap do’a do’a,harapan dan untaian untaian mimpi yang aku jalin pada putaran waktu yang terus dan terus memburu usia,meski aku tak tau apa Kau lupa membaca setiap yang ku titipkan atau memang Kau diamkan. Sampai do’a dan sisa harapan menjadi bibit yang baik atau sepanjang guguran usia takkan terberi segala harap yang tersisa, entahlah..
Dan tadi malam,sebelum aku tertidur, ada satu permintaan utamaku dari sekian permintaan yang telah aku jabarkan dialtar suciMu, aku juga meminta bahwa esok Kau tak mengingatkanku pada hari kelahiranku,tetapi Kau tak mengizinkan itu, tetap aku mengingat dimana tanggal itu, tanggal yang memiliki sejarah dan menggores banyak kisah pada perjalanan waktuku..
Tanggal dan bulan yang dari tahun ketahun memberiku banyak pembelajaran, dari yang aku mau dan yang tak aku inginkan, dari yang aku tentang maupun terikhlaskan, dan tergores taqdir pada lembaran yang menggores berbeda. Seakan akan dari rentetan angka yang sama saat berguguran, hanya terlihat pena pena yang menggores segala kelaraan..
Tuhan,entah Kau sengaja atau memang aku belum masanya, menerima hadiah hadiah dariMu,aku hanya mendesah kelu, entah juga itu sebuah kesedihan atau juga kekecewaan hanya terjabarkan dalam diam diheningku, bersamaan ku redam segala keinginan pada kemarahan, pada segala harap yang entah sampai kapan terberikan hadiah terindah dan terbahagia dalam kehidupan ditiap arungan perjalanan hidupku..
hempasan kehidupan yang membuatku jatuh bangun menjadikan aku rapuh meskipun tertatih aku bangit dari tiap tiap lubang luka,hingga segalanya dan waktu menjadikan aku tetap berdiri diantara puing puing luka, yang menjadikan aku tetap mendekap bias bias cahaya cintaMu yang menjadikan aku harus bisa menerima dan belajar dari tiap tiap panggung kehidupan dan kisah kisah perjalanan hidup umatMu..
meski aku harus terus berulang terlempar pada liang liang airmata
terkurung pada sepi yang panjang terbelenggu rindu yang memeluk cahaya cinta, pun meski aku harus siap pada garis garis tentuanMu dan meski harus menunggu dan menunggu buah buah do’a pada kepingan harap yang tersisa di usia yang semakin berkurang..
Tuhan, Kau lihatkan..?