Mohon tunggu...
Aji Bagus Khoiri
Aji Bagus Khoiri Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru, seorang anak, dan seorang teman. hanya ingin menyampaikan aspirasi, ingin mengajak bersama menanggalkan ego personal demi kemaslahatan komunal. Itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Kesenjangan Antara Realita dan Keyakinan, Refleksi Filsafat dan Agama

7 September 2024   09:42 Diperbarui: 8 September 2024   09:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, kita sering dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai makna hidup dan kebenaran. Agama dan filsafat merupakan dua jalan utama yang digunakan manusia untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran dari causa prima (penyebab pertama), sering kali kita menemukan adanya kesenjangan antara keyakinan yang diajarkan oleh agama dan realita yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan membahas bagaimana perbedaan antara agama dan filsafat dapat menciptakan keraguan, serta bagaimana kita dapat memahami dan menjembatani kesenjangan tersebut.

Agama dan Filsafat: Menuju Kebenaran dari Causa Prima Baik filsuf maupun pemuka agama berusaha mencapai kebenaran yang mendasar. Dalam agama, causa prima sering diartikan sebagai Tuhan, pencipta dan pengatur segala sesuatu. Sementara itu, filsafat mencoba mencari jawaban melalui logika dan rasio, memeriksa realitas dan eksistensi tanpa bergantung pada keyakinan dogmatis. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pemisahan antara kedua jalur ini. Filsafat, terutama di era modern, sering mengabaikan konsep ketuhanan, sementara agama tetap berpegang pada ajaran-ajaran tradisional yang kadang tidak sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Dualisme Antara Iman dan Rasio Sejarah pemikiran manusia memperlihatkan bahwa ada ketegangan antara iman dan rasio. Thomas Aquinas adalah salah satu tokoh yang mencoba mengharmonisasikan keduanya, dengan mengatakan bahwa iman dan rasio dapat saling mendukung. Namun, di era modern, filsuf seperti Nietzsche mulai meragukan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Dia bahkan menyatakan bahwa "Tuhan sudah mati," sebuah ungkapan yang mencerminkan bagaimana masyarakat modern mulai meninggalkan nilai-nilai agama.

Ini menciptakan dilema bagi mereka yang hidup di era modern. Di satu sisi, agama mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual yang diyakini sebagai kebenaran mutlak. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat membuat ajaran agama tampak tidak relevan atau sulit diterima oleh akal sehat.

Kesenjangan Antara Realita dan Idealita Ada perbedaan mendasar antara realita---apa yang kita alami sehari-hari---dan idealita, yaitu keyakinan atau pandangan yang dianggap sebagai kebenaran absolut, yang sering kali berasal dari agama atau ideologi tertentu. Kesenjangan ini bisa menimbulkan keraguan, terutama jika apa yang kita alami dalam hidup tidak sejalan dengan apa yang kita yakini.

Misalnya, agama mungkin mengajarkan tentang pentingnya bersabar dalam menghadapi cobaan hidup. Namun, ketika kita berhadapan dengan kesulitan, realita sering kali tidak semudah apa yang diajarkan. Filsafat materialisme, yang menekankan bahwa segala sesuatu di dunia ini berasal dari materi dan proses alamiah, mungkin terasa lebih realistis dalam menjelaskan fenomena sehari-hari. Namun, apakah ini berarti bahwa idealita agama sudah tidak relevan?

Materialisme vs. Idealisme: Dua Pandangan yang Saling Melengkapi Dalam kajian akademik, materialisme menegaskan bahwa semua yang ada di alam semesta, termasuk pikiran dan kesadaran, berasal dari materi. Sebaliknya, idealisme percaya bahwa realitas sejati adalah ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang ada di balik dunia fisik. Plato, salah satu tokoh utama idealisme, berpendapat bahwa dunia yang kita lihat hanyalah bayangan dari dunia ide yang sempurna.

Kesenjangan antara realita dan idealita dapat dilihat sebagai perbedaan antara materialisme dan idealisme. Namun, kedua pandangan ini tidak harus saling bertentangan. Sebaliknya, mereka bisa dilihat sebagai dua sisi dari mata uang yang sama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin perlu menggabungkan pendekatan materialis dan idealis untuk memahami dunia secara lebih menyeluruh.

Menjembatani Kesenjangan: Mencari Keseimbangan Keraguan adalah bagian dari pencarian kebenaran yang wajar. Ketika kita merasa bahwa ada kesenjangan antara realita dan keyakinan kita, itu bisa menjadi kesempatan untuk merenung lebih dalam dan mencari pemahaman yang lebih mendalam. Keterbukaan terhadap keraguan bisa menjadi langkah penting dalam proses pencarian kebenaran.

Sebagai individu yang hidup di era modern, kita perlu mencari keseimbangan antara rasionalitas dan spiritualitas. Dalam hal ini, ajaran agama dapat memberikan panduan moral dan spiritual yang penting, sementara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat membantu kita memahami dunia secara rasional. Dengan menggabungkan kedua pendekatan ini, kita dapat menemukan makna yang lebih dalam dan relevan dalam kehidupan kita.

Kesimpulan Kesenjangan antara realita dan keyakinan adalah tantangan yang dihadapi oleh banyak orang di zaman modern. Agama dan filsafat, meskipun tampaknya bertentangan, sebenarnya bisa saling melengkapi dalam pencarian kebenaran. Melalui pemahaman yang lebih mendalam dan keterbukaan terhadap pertanyaan serta keraguan, kita dapat menemukan keseimbangan yang membantu kita menjalani kehidupan dengan lebih bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun