Mohon tunggu...
aji aswani
aji aswani Mohon Tunggu... -

Senantiasa Belajar pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Kawasan Bebas Atribut Partai

4 Maret 2014   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13939066301696515619

Tulisan ini hanya curahan hati seorang pengembala sapi hidup di pedesaan dan bukan seorang politikus ulung, mohon dimaklumi.

********************************

Pemilu sudah diambang pintu. Bendera dan gambar gambar caleg bertebaran merusak pemandangan kota dan desa. Calo calo suara sudah bergentayangan membuat jaring jaring. Intrik intrik politik sudah begitu terasa di kota dan lebih seru lagi justri di Desa. Mengapa?

Karena kultur pedesaan yang biasanya adem ayem dan indah dengan suasana kegotong royongan menjadi daerah yang pengap. Sedikit sedikit curiga dan saling mencurigai.

Pemilu sebagai titik tolak untuk mendapatkan calon wakil rakyat yang akan memperbaiki kehidupan bermasyarakat dan bernegara membawa dampak buram bagi kehidupan.

Dengan menggunakan segala cara baik yang halal maupun yang haram, membuat suasananya menjadi kaku.

Akhir akhir ini terjadi sebuah kejadian yang cukup unik dan dewasa dari masyarakat dalam menyambut pesta demokrasi lima tahunan tersebut, yaitu munculnya kawasan bebas atribut partai di tingkat kampung di perkotaan dan pedesaan.Layak diapresiasi dan diikuti?

Pemasangan sepanduk berisi “ Dusun XXX Kawasan Bebas Atribut Partai. Mari kita Sukseskan Pemilu 2014 denga Aman dan Damai”.

Tentu ini sebuah fenomena, silakan simak dulu beberapa hal yang membuat warga menambil keputusan seperti itu.

1.Tindakan dengan asal menempel gambar pada lingkungan denan mengabaikan perijinan dengan pemilik acak kali terjadi. Misal tembok pagar, trotoar, pohon pohon dll. Mereka mempunyai hak untuk membuat lingkunganya tampak asri tanpa ada tempelan tempelan partai yang tidak beraturan.

2.Pengurus ditingkat pemerintahan terendah yaituRT dan RW sekali lagi sebagai pihak yang seringkali menjadi korban dengan adanya percekcokan yang terjadi di lingkungannya. Sehingga untuk mengantisipasinya mereka membuat peraturan seperti diatas.

3.Dengan adanya kawasan bebas atribut partai, semua orang diberi hak yang penuh dalam mengejawantahkan hak berpolitiknya termasuk tidak menggunakan hak pilihnya (baca : golput) bukan sesuatu yang haram banget dimasyarakat. Toh mereka lebih bisa berkreatifitas untuk meningkatkan mutu lingkungan sekitar. Misal mereka mengaku telah golput.

4.Repotnya adalah kalau pemasangan kawasan bebas partai ini, merupakan cara yang tidak sehat dari seorang caleg yang berusaha membeli suara dari kampung tersebut. Ketika ada bendera yang dipasang di daerah tersebut segera dicabuti dengan dalih tempat ersebut telah menjadi tempat bebas atribut partai. Inilah akal licik dari seorang caleg. Hehe...

Pemilu memang membawa dampak yang luar biasa terhadap kehidupan bermasyarakat di negeri ini. Kemudharatan dan manfaatnya bisa ditimbang sangat timpang. Pemimpin hasil pemilu tidak sepenuhnya amanah, hanya menjadikan seorang pesakitan. Kehidupan pribadi dan keluarga kadang kadang menjadi carut marut karena hartanya ludes untuk mengikuti lomba nasional ini.

Tidak adakah cara cerdas untuk memperbaiki kehidupan bermasyarakat dinegeri ini selain dengan pemilu??

Sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun