Mungkin selama ini kita sering mengira bahasa Indonesia itu mudah bahkan sangat mudah. Argumentasi mereka yang menyatakan bahasa Indonesia mudah ialah bahasa Indonesia itu simpel tidak memiliki tenses  seperti bahasa Inggris serta tidak pula memiliki tashrif-an seperti halnya  dalam bahasa Arab. Meski simpel bahasa Indonesia sering pula di anggap memiliki beberapa kelemahan yakni ketika pengguna bahasa Indonesia diminta mengklasifikasi suatu jenis kelas kata semisal kata cinta. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kita akan mendapati kata cinta dimasukkan dalam kelas kata sifat padahal ketika kita membuat susunan sintaksis yang berbeda, kata cinta akan bisa beralih menjadi kata benda abstrak. Belum lagi ketika kita harus memastikan makna dan fungsi suatu imbuhan semisal imbuhan pe-an yang memiliki fungsi dan arti yang berbilang, apakah fungsi imbuhan ini hanya sebagai pembentuk kata benda, dan bagaimana pula makna yang dihadirkan ketika sebuah lema diberikan konfik (gabungan imbuhan) ini, rumit memang tapi ini realita sistem berbahasa yang kita miliki. Bahasa Indonesia seringkali dianggap pula memiliki standar ganda ketika berhadapan pada suatu tabrakan kaidah, yakni semisal muncul pertanyaan bagaimana cara menulis kata dr. (dokter) di awal kalimat?Apakah dengan ditulis dr. (meski menyalahi kaidah EYD) atau ditulis Dr (meskipun makna beda)?
Dari sedikit ilustrasi di awal paragraf maka dapat kita pahami. membaca bahasa itu tidaklah sama dengan mengerjakan soal bahasa, mungkin dari sinilah muncul praanggapan mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia tak lebih mudah dari berbahasa Indonesia itu sendiri. Siswa yang mengatakan bahasa Indonesia itu mudah, belum tentu dia mampu mengerjakan soal bahasa Indonesia semudah ketika ia sesumbar. Dan rupa-rupanya kesulitan mengerjakan soal bahasa Indonesia terbawa pula ketika siswa menghadapi soal Ujian Nasional. Buktinya selama ini  banyak pelajar yang mampu mengerjakan soal eksak semisal Matematika dengan nilai sempurna 10 sedangkan ketika mereka mengerjakan soal Ujian Nasional bahasa Indonesia hal ini sulit dicapai.
Memaksimalkan  dan mencapai nilai Ujian Nasional bahasa Indonesia sempurna bukanlah hal yang mudah dicapai. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab selama ini seringkali muncul multiinterpertasi ketika siswa mengerjakan soal Ujian Nasional bahasa Indonesia. Soal-soal semacam menafsirkan amanat dalam cerita, tema puisi, menentukan konflik yang ada dalam teks serta sederet soal-soal yang bermodel semi subjektif tentunya menimbulkan tafsiran yang terkadang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Satu tips yang dapat dilakukan ketika mengerjakan soal Ujian Nasional bahasa Indonesia ialah, cerma, teliti dan pahami konteks soal, baik yang tersurat (ketika menghadapi soal EYD) serta tersurat (ketika menghadapi soal yang berhubungan dengan wacana kebahasaan).
Meskipun sulit meraih nilai  sempurna dalam Ujian Nasional bahasa Indonesia namun Alhamdulillah saya telah membuktikan, dua tahun berturut-turut murid yang pernah saya didik mampu meraih nilai sempurna 10 di dua Ujian Nasional yakni Ujian Nasional tahun 2013 dan Ujian Nasional 2014. Dan di akhir tulisan singkat ini mudah-mudahan respon positif dan perhatian siswa pada mapel bahasa Indonesia selayak pula perhatian mereka terhadap mapel yang lain semacam mapel Matematika dan juga mapel bahasa Inggris.
Sekalilagi selamat dan sukses menempuh Ujian Nasional untuk anak-anakku SMA dan SMK di seluruh Indonesia, salam jujur untuk kita semua!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI