Part 1
[caption id="attachment_412269" align="alignnone" width="500" caption="Peta Benteng Era Kolonial Belanda dengan Era Sekarang"][/caption]
Sebagai seorang yang lahir dan besar di kota Ngawi, Jawa Timur saya merasa pensaran dengan sejarah kota ini. Maka seringkali ketika saya berkinjung ke rumah kakek tak lupa selalu saya mencoba banyak bertanya mengenai masalalu kota ini. Dari banyak cerita yang sempat saya rekam dalam memori kepala saya, ada satu cerita yang belum sempat di dapati di buku-buku sejarah yakni mengenai asal-usul selokan besar yang berada di daerah segaran atau sidomakmur (dan juga memanjang memutari pusat kota) yang ternyata ada hubungannnya dengan sejarah Benteng van Den Bosch. Sera tata kota di Era Kolonial Belanda.
Hal yang sempat saya tercengang dari penuturan kakek saya adalah mengenai asal-usul selokan-selokan kumuh di derah sidomakmur/segaran (lokasi barat Pasar Besar Ngawi-era modern/daerah Pecinan Era Kolonial) yang ternyata dahulunya di Era Kolonial Belanda berfungsi sebagai tempat mengalirkan air bersih menuju permukiman meneer-meneer dan noni-noni Belanda yang tinggal di wilayah area benteng pendem. Maka tak heran jika daerah tempat selokan-selokan ini berada disebut dengan segaran. (Sumber referensi dari cerita kakek saya, mbah Sakimin Hendro Bawono, usia 86 tahun)
Minilik asal namanya Segaran dengan asal kata Segoro (lautan) mendapat akhiran -an, berubah arti menjadi daerah yang mirip dengan segoro kecil. Daerah ini memang ber topografi lebih rendah, ada di sekitar karang tengah kota. Ada kanal utama yang asalnya dari Desa Kedung Putri Paron. Dari selokan atau kanal tersebut mengalir air yang bersih dan banyak sehingga dapat menghidupi hajat banyak masyarakat kota. Kalo di wilayah kota Ngawi saja kanal tersebut melalui belakang stadion Ketonggo, memutar ke arah karanggeneng. Lalu melalui belakang jalan Hasannudin.  Dan bagi saya sendiri yang  dulu pernah sekolah di SMP 2 Ngawi mengetahui  ada selokan besar yang melintasi belakang sekolah tersebut.  Lurus ke arah belakang PLN dan menyeberangi jalan Sultan Agung. Dan berakhir di Segaran tersebut. Daerah tersebut di buat mirip bendungan dan airnya dapat di gunakan untuk kehidupan sehari hari. Sayang sekali sampai pada saat ini Kanal yang ada di Segaran tidak menampung air yang bersih lagi, karena kanal dari kedungputri Paron telah habis di pompa ke sawah sawah sekitarnya. Andai saja kanal kanal utama peninggalan Belanda tersebut masih terawat hingga sekarang tentu saja menjadi indah dan segar, layaknya kita berwisata di Eropa.
[caption id="attachment_412289" align="alignnone" width="768" caption="Sisi Tengah Benteng Van Den Bosch Foto Lama-media-kitlv.nl"]
Seperti kita ketahui, peninggalan bangunan Masa Kolonial ada banyak sekali yang masih dapat kita lihat sampai sekarang. Yakni mulai dari pabrik gula, benteng, sarana transportasi seperti rel kereta api ataupun jalan raya. Peninggalan-peninggalan tersebut memang selayak bangunan-bangunan standar eropa di eranya.
[caption id="attachment_412284" align="alignnone" width="667" caption="Sisi Tengah Benteng Van Den Bosch"]
Dari segi keawetan, fungsi, dan perencanaan bangunan Era Kolonial mungkin masih bisa disandingkan dengan bangunan-bangunan era sekarang. Bahkan malah bisa jadi bangunan-bangunan Era Kolonial dari segi komposisi bahan lebih kuat dari bangunan era setelah kemerdekaan, dan apalagi alasannya kalau bukan karena zaman sekarang bangunan milik pemerintah banyak yang dimark up, tentunya berbeda dengan zaman dulu yang meskipun sudah ada korupsi namun tak semarak sekarang ini.
Beranjak dari rasa penasaran mengenai sejarah masa lalu kota tempat kelahiran maka akhirnya lewat hasil browsing internet dan juga hasil jepretan pribadi, berikut saya bawakan komparasi foto kondisi Benteng van Den Bosch dan juga area sekitarnya (Ngawi Kota) yakni di Era Kolonial dengan era modern (sumber foto masa lampau dari website : media kitlvn-----Universitas Leiden Belanda------)
Gambar 1
[caption id="attachment_412270" align="alignnone" width="500" caption="Gambar 1. Dokumen Pribadi"]
Gambar 2
[caption id="attachment_412271" align="alignnone" width="500" caption="gambar 2. Dokumen Pribadi"]
Gambar 3
[caption id="attachment_412277" align="alignnone" width="500" caption="gambar 3. Dokumen Pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H