[caption id="attachment_412613" align="aligncenter" width="485" caption="blue energy"][/caption]
Kelangkaan BBM yang dialami oleh manusia saat ini mendorong para ilmuwan untuk terus berinovasi dalam mencari energi alternatif untuk bahan bakar mesin. Manusia telah mencari cara untuk menggunakan sumber daya selain minyak bumi untuk energi alternatif, dan salah satu isu yang luar biasa menggemparkan ialah mengenai isu Blue Energy. Jika kita ingat Blue Energy sempat menjadi isu menarik di era tahun 2008-an. IstilahBlue Energytiba-tiba marak waktu itu karena berita di koran yang cukupbombastisdengan mengatakan bahwaBlue EnergyVersi Indonesia ini berbahan dasar air laut. Bahkan bahan bakar ini juga hanya dengan menggunakan mesin diesel, tanpa modifikasi lagi. Wah hebat kan, andai bisa terealisasi!
Namun lama tak terdengar, isu yang sempat memukau Pak SBY waktu itu ternyata gagal terealisasi, Apa sebabnya masih tanda tanya, entah karena masalah teknis atau bisa juga penemuan itu hanya sekadar isapan jempol pencetusnya, wallahu’alam. Yang jelas, jika memang ada penemuan yang mampu menghasilkan bahan bakar nonfosil dengan biaya produksi yang masuk akal maka sungguh manusia masa depan akan sangat tertolong.
Penemuan bahan bakar berbahan air terdengar juga ditemukan oleh ilmuwan Jerman. Tersebut sebuah perusahaan bernama Sunfire GmbH yang berbasis di Jerman, telah menemukan cara untuk membuat bahan bakar sintetis dari air. Para ilmuwan tersebut telah berhasil mencampurkan unsur air (H2O) dengan karbon dioksida (CO2) yang kemudian mengubahnya menjadi hidrokarbon cair yang merupakan bahan dasar untuk membuat bahan bakar sintetis seperti solar, kerosin dan bensin. ( Sumber)
Baru-baru ini muncul juga kabar dari Pertamina akan meluncurkan sebuah bahan bakar minyak berbahan campuran dengan komposisi 65% solar, 10%air, 15% fatty acid. Penggunaan unsure air dalam campuran solar menerut Dirketur Pusat Pertamina, memiliki banyak keuntungan, yakni selain harganya bisa lebih murah, penggunaan campuram fatty acid diklaim mampu mengikis kerak yang ada di dalam mesin kendaraan. Namun yang patut diwaspadai adalah jika kendaraan tidak digunakan dalam jangka waktu lama ditakutkan bahan akan memisah dan kendaraan kan sulit dijalankan.
Entahlah penggunaan campuran air dalam campuran solar, suatu kemajuan atau kemunduran? Yang jelas kita patut mengapresiasi usaha pemerintah, sebab jika program ini dapat terealisasi seperti halnya biodiesel (yang dapat mengcover 15 % kebutuhan BBM) maka uang yang dikeluarkan negara akan dapat dihemat.
Ingat kata peribahasa “hemat pangkal kaya”, semoga dengan mengupayakan penghematan BBM kita makin kaya hati dan kaya energi.
Wallahu’alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H