Suatu waktu dalam kegiatan visitasi disambut bak raja. Malam diajak makan bersama di restoran hotel tepi danau. "Luar biasa", gumam anak kampung.
Sejumlah varian makanan tersaji di meja hidangan, bingung mau memulai dari mana. Lantunan musik klasik tak mampu meredakan ketegangan. Risih terlayani ditengah bauran orang "besar", ada bule', mungkin juga ada pejabat dan pebisnis.
Saat waitress memperlihatkan menu minuman, sedikit bingung karena semua tertulis dalam bahasa inggris. Fokus pada satu tulisan ada kata "coffe.." yang akhirnya menjadi pilihan. Apa yang terjadi...? Di penginapan gelisah dan terjaga sampai dini hari, "Apa mungkin kopi yang dipesan tadi adalah jenis espresso super yang membuat kantuk tak kunjung tiba?, kataku dalam hati.
Hari berikutnya makan malam masih diseputar tepi danau pada warung sederhana berlantai papan. Menunya kebab plus daun selada, nikmanya bukan main. Makan dalam temaram diiringi suara desiran riak ombak serta hembusan angin sepoi. Syahdu kawan...
Benarlah jika dikatakan bahwa kemewahan tidak menjamin kebahagiaan. Kadang dalam kesederhaan dapat memicu hormon kebahagiaan. Selamat ber-weekend kawan..., "Jangan lupa bahagia", kata Anji.
*)diary visitasi bersama kawan Majaalil Jamalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H