Mohon tunggu...
Muhajir J
Muhajir J Mohon Tunggu... Guru - pembelajar sejati

Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, dan setiap kesempatan adalah pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kapurung Tetap Eksis?

24 Desember 2017   10:05 Diperbarui: 24 Desember 2017   19:16 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.facebook.com/profile.php?id=100007879099043

Sejak dulu sagu menjadi bahan makanan pokok di wilayah timur Indonesia. Sepertinya sagu tidak dianggap lagi makanan orang "kelas bawah", karena kini banyak orang mencarinya terutama pada makanan yang dinamakan kapurung. Kapurung telah menembus warung di kota-kota besar dan banyak memiliki pelanggan setia mulai orang biasa sampai pejabat.

www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fscontent-sea1
www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fscontent-sea1
Kenapa makanan yang terbuat dari sagu itu banyak digemari? Beberapa alasannya sebagai berikut : (1)Dapat memberikan efek mengenyangkan tetapi tidak menyebabkan gemuk, (2)Mencegah sembelit dan dapat mencegah risiko kanker usus, (3)Tidak cepat meningkatkan kadar glukosa dalam darah (indeks glikemik rendah) sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes militus.

Kini hutan sagu mulai langka dan terancam menuju kepunahan. Banyak penyebabnya, salah satunya karena tergerus oleh pesatnya pembangunan dan perkebunan tanaman lain. Selama ini pohon sagu hanya dikenal sebagai tanaman liar. Sudah seharusnya kita mendorong untuk membudidayakannya sebagai tanaman pertanian dan atau perkebunan. 

Dengan membudidayakannya maka sagu dapat memberikan manfaat yang besar bagi rakyat antara lain : (1)batang sagu dapat digunakan untuk bahan industri kayu lapis, (2)daunnya dapat dibuat atap atau produk anyaman lainnya seperti topi, tikar, dan keranjang, (3)Pelepah daunnya yang disebut "gabah-gabah" dapat dipakai untuk dinding rumah dan rangka pelaminan untuk pesta perkawinan.  (4)getah dari pelepah daun dapat dijadikan lem, (5)Akarnya dapat dibuat bahan baku obat-obatan.

aansmile.wordpress.com
aansmile.wordpress.com
Kita patut bersyukur beberapa upaya untuk menambah nilai guna sagu telah dilakukan masyarakat. Setelah bagea, kue yang berbahan dasar sagu menjadi favorit menjadi oleh-oleh khas tanah luwu, kini ada snack kerupuk kapurung yang diproduksi oleh  Lembaga Pengembangan Teknologi Tepat Guna (LPTTG) Malindo Luwu Utara. Kerupuk kapurung yang diproduksi mengusung konsep kuliner lokal gaya modern yang dibuat dari campuran sagu, patikala, ikan cakalang, ikan teri, tomat, cabai sampai jeruk nipis. Semuanya bahan baku lokal (Luwu Utara).

thebigstart.blibli.com
thebigstart.blibli.com
Pemerintah daerah juga telah berperan aktif dalam melestarikan tanaman sagu. Beberapa waktu lalu kantor perpustakaan umum dan arsip daerah Kabupaten Luwu menggelar lomba menulis dengan tema sagu dan mendapat respon positif dari pelajar dan masyarakat. Di Luwu Utara Pemerintah Kecamatan Malangke Barat mendorong pengembangan sagu basah menjadi sagu kering yang produknya dikemas apik dan sudah banyak dipasarkan.

https://www.facebook.com/profile.php?id=100007879099043
https://www.facebook.com/profile.php?id=100007879099043
Demikian juga pemerintah daerah, tahun ini (22/12/2017) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Kabupaten Luwu Utara telah menyepakati Ranperda tentang Pengelolaan dan Pelestarian Tanaman Sagu menjadi Perda (Peraturan Daerah). Terbitnya perda tersebut  patut diberikan apresiasi  sebagai langkah konkrit dalam melestarikan tanaman sagu.

Lalu bagaimana peran sekolah?PP 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menegaskan bahwa muatan lokal dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal.

Peran sekolah dalam mendayagunakan sagu sebagai keunggulan lokal, wujudnya dapat dalam bentuk mengisi mata pelajaran muatan lokal. Jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan dari bahan baku pohon sagu antara lain : keterampilan dan kerajinan pembuatan bagea, pembuatan atap rumbia, anyaman topi, anyaman tikar, dan anyaman keranjang. Sebagai mata pelajaran tentu harus disiapkan dokumen kompetensi dasar, silabus, dan bukunya.

Muatan pembelajaran terkait muatan lokal dapat juga diintegrasikan pada mata pelajaran lain dengan mengidentifikasi KD (Kompetensi Dasar) yang relevan. Pada mata pelajaran prakarya misalnya, terdapat KD (3.3)memahami sistem produksi tanaman pangan berdasarkan daya dukung yang dimiliki oleh daerah setempat, (4.3)mengolah makanan awetan dari bahan pangan nabati berdasarkan daya dukung yang dimiliki oleh daerah setempat.

Kita berharap kapurung "makanan sehat" tetap eksis. Pohon Sagu (metroxylon sagu Rottb) dapat terus tumbuh dan berkembang subur di tanah luwu, sesubur pada gambar lambang yang menyimbolkan kerukunan, kekokohan, dan ketegaran masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun