Mohon tunggu...
Aji Putra
Aji Putra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Satu langkah kecil akan mendekatkan kita kepada tujuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

TNI Cikal Bakal Dan Tokoh

4 Oktober 2010   18:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini tanggal 5 Oktober merupakan hari lahirnya Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau yang akrab ditelinga kita dengan ABRI dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia.(TNI) Berkaitan dengan peringatan tersebut, saya ingin merefresh kembali memory tentang berdirinya angkatan bersenjata kita atau lebih tepatnya cikal bakal berdirinya dan tokoh-tokoh yang berperan dalam pendiriannya.

[caption id="attachment_278856" align="aligncenter" width="285" caption="sumber:Google"][/caption]

Alkisah pada tanggal 4 Oktober 1945, Mr. Amir Syarifudin sowan kepada wakil Presiden RI waktu itu yaitu bung Hatta di kediamannya jalan Showa Dori 57 ( Jalan Diponegoro 57) dengan membawa serta Didi Karsasasmita dengan tujuan memperkenalkan dirinya. Didi Karsasasmita merupakan opsir K.N.I.L. yang ditunjuk oleh teman-temanya untuk menyatakan penyerahan dirinya dan teman-temannya kepada Negara Indonesia.

Setelah terjadi pembicaraan antara ketiga orang tersebut, disepakati bahwa Didi Kartasasmita dan kawan-kawannnya diterima dengan senang hati oleh Bung Hatta untuk bergabung dengan Negara Indonesia dan langsung diterima menjadi anggota TKR. Oleh karena mereka sudah terikat dengan sumpahnya pada K.N.I.L , Bung Hatta menanyakan perihal sumpahnya tersebut, dan dijawab oleh Didi bahwa sumpah yang sudah terlanjur mereka ucapkan sewaktu menjadi anggota K.N.I.L akan mereka tanggung sendiri dan malahan apabila anggota K.N.I.L yang lain akan digunakan untuk alat menjajah Indonesia lagi mereka siap meladeni dimanapun dan kapanpun. Dan pada waktu itu juga Didi Kartasasmita meminta kepada Bung Hatta dapat menerima orang yang paling senior di K.N.I.L yaitu Mayor Urip sebagai bagian dari TKR. Tanpa pikir panjang Bung Hatta pun menerimanya dan meminta Mayor Urip untuk meneminya esok pagi di Pegangsaan Timur No. 56.

Esok paginya jam 08.30 Bung Hatta sudah berada di Pegangsaan Timur No. 56 untuk mengadakan pembicaraan dengan Mayor Urip. Tepat jam 10.00 Mayor Urip datang dengan disertai Gunadi, salah satu ajudan Presiden Soekarno.

Pembicaraan diawali dengan permintaan maaf Bung Hatta kepada Mayor Urip karena Presiden Soekarno tidak dapat menemuinya disebabkan sedang berada di Cianjur untuk menyelesaikan satu masalah. Beliau berangkat tadi pagi jam 08.00. dan memberi mandat kepada saya untuk mengambil tindakan yang dirasa perlu. Hal ini merupakan konsekwensi dari Dwi Tunggal yang memang sudah kami sepakati bersama.Kata Bung Hatta selanjutnya.

Mayor Urip mengatakan kepada Bung Hatta bahwa bekas opsir Indonesia di KNIL sudah sepakat untuk menyerahkan tenaga mereka kepada TKR. Gayung pun bersambut. Bung Hatta mengatakan bahwa bangsa Indonesia juga sedang membentuk TKR yang rencananya akan diambilkan dari tentara PETA. Klop sudah. Ahirnya terbentuklah TKR.

Mengingat TKR belum memiliki markas besar, maka masing-masing kesatuan diminta untuk mempertahankan satu wilayah Karisidenan, sembari menunggu keputusan penyusunan markas besar yang sesegera mungkin akan dilaksanakan. Pada waktu itu Bung Hatta secara langsung meminta kepada mayor Urip untuk menjadi kepala staf TKR dan memintanya untuk menentukan markas besar bagi TKR yang baru lahir. Mayor Urip bersedia memikul tanggung jawab yang dipanggulkan kepada beliau dan memutuskan PURWOKERTO sebagai markas besar TKR setelah Bung Hatta memintanya menentukan daerah mana yang pantas dijadikan markas besar dengan alasan kota ini berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia. Selain itu juga Bung Hatta memberikan kuasa penuh kepada Mayor Urip untuk mengangkat opsir-opsir pembantunya dengan sarat mereka setidak-tidaknya adalah mantan opsir PETA dan KNIL.

Markas besar TKRhanya bertahan kira-kira seminggu di Purwokerto dan setelah itu dipindahkan ke Jogjakarta. Hal ini menimbang luas wilayah Purwokerto yang hanya kira-kira 100 KM persegi dan dianggap kurang baik bagi perkembangan TKR selanjutnya.

Begitulah sekelumit tentang sejarah pembentukan angkatan bersenjata kita. Semoga bermanfaat.

Disarikan dari buku MUHAMMAD HATTA memoir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun