PON XX PAPUA TAK MENCERMINKAN SOLUSI KONFLIK?
Ya salah mikirnya kalau PON XX Papua itu di jadikan cerminan solusi dari konflik di Papua. Penyelenggaraan PON XX Papua adalah upaya membangun dan menjaga kesetaraan. Sementara konflik yang terjadi di Papua adalah cerminan ketidakpuasan sebagian kecil dari masyarakat Papua.
Dua hal diatas tidaklah bisa saling dikaitkan, karena secara tujuannya saja berbeda. Konflik itu terjadi karena adanya pihak-pihak yang ingin memisahkan diri dari Indonesia, dan itu bukanlah cerminan keinginan dari keseluruhan masyarakat Papua.
Jangan-jangan penyelenggaraan PON XX di Papua ini malah semakin mempertajam sentimen, dari pihak-pihak atau kelompok yang tidak menginginkan Papua menjadi bagian dari NKRI?
Sementara penyelenggaraan PON XX di Papua adalah upaya untuk merangkul masyarakat Papua, agar merasa bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setidaknya kalau pun bukan dari solusi konflik, minimal saat penyelenggaraan PON tersebut konflik tidak terjadi.
Â
Terlalu naif kalau berharap dengan adanya PON XX Papua menjadi solusi dari konflik yang ada di Papua saat ini. Sama naifnya kalau ber-insinuasi PON XX tidak bisa menjadi solusi penyelesaian koinflik.
Dalam pidatonya saat pembukaan PON XX, Presiden Jokowi sama sekali memang tidak menyinggung persoalan konflik, karena bukan waktunya untuk membicarakan masalah itu dalam pembukaan PON.
Presiden Jokowi lebih menekankan dalam pidato sambutannya, PON XX Papua merupakan panggung kesetaraan dan keadilan untuk kemajuan bersama. Hal itu harus dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat Papua, tanpa menutup kenyataan bahwa acara tersebut tidak dinikmati oleh seluruh masyarakat Papua.
Memang pada kenyataannya tidak semua kebijakan bisa memuaskan semua orang, tapi secara hakikat persoalan kesenjangan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun yang dihadapi rakyat Papua, sedikit demi sedikit sudah diupayakan kesetaraannya.
Solusi konflik terus diupayakan seperti menarik benang di dalam tepung, benang ditarik tepung tidak tumpah. Begitu juga upaya mensetarakan Papua dengan daerah lainnya terus dilakukan, seperti menegakkan benang yang basah.
Semua harus dilakukan dengan hati-hati, membagi kasih kepada satu golongan masyarakat, tanpa membuat cemburu golongan masyarakat yang lainnya. Bukankah memang seperti itu upaya yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin?