Dalam tayangan video Rapat Terbatas (Ratas) Paripurna Kabinet Tatap Muka pertama, yang berlangsung di Istana Bigot (18/6/2020), sambil marah-marah Presiden Jokowi juga memegang lembaran kertas berupa teks.
Visual itulah yang dijadikan guyonan Rocky Gerung, "Marah kok pakai teks", guyonan ini di telan mentah-mentah oleh banyak netizen, dan dijadikan bahan untuk meledek kemarahan Presiden.
Kalau mencerna isi kemarahan Presiden Jokowi tersebut, tentunya nalar berpikir kita terhadap lembaran kertas, yang ada di tangan Jokowi tersebut, tentulah teks yang berisikan data menyangkut anggaran setiap kementerian, yang dianggap bermasalah.
Tentunya hal seperti itu tidak bisa hapal di luar kepala, dan bisa jadi bukan cuma data anggaran, tapi juga data perkembangan kasus covid-19 yang sedang di tangani pemerintah.
Rocky pun sebetulnya hanya berseloroh lewat joke, dengan medium lembaran kertas yang ada ditangan Presiden Jokowi saat marah pada menteri kabinetnya.
Kayak apa orang marah pakai teks, pastinya tidak spontanitas, tidak akan lepas begitu saja. Apa lagi ada yang menganggap aksi marah-marah Jokowi itu seperti aksi teatrikal. Kalau aksi teatrikal dengan teks, seperti apa hasilnya.
Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Rocky Gerung, bahwa Ratas Kabinet tersebut sebetulnya bukanlah untuk di konsumsi publik, karena video itu baru disebarkan Sekretariat Presiden, sepuluh hari setelah Ratas itu di gelar.
Seperti dilansir Tribunews.com, Rocky Gerung menduga video Jokowi marah itu tadinya tidak untuk dipublikasi.
Namun karena ada momentum, maka video Jokowi marah itu kemudian diposting.
"tidak dimaksudkan untuk dipublikasi, tapi ada momentum, analis dan konsultan bilang udah guyur aja, " kata Rocky Gerung.
Banyak yang keberatan Jokowi memarahi para menterinya dihadapan publik, dan dianggap sesuatu yang kurang pantas dilakukan oleh seorang Presiden.