Enaknya mendengar kaum intlektual berargumentasi, selalu ada jalan pembenaran dari setiap manuver yang dilakukan. Diskusi-diskusi akademis di kampus adalah manifestasi dari kebebasan akademis, di dalam demokrasi, kebebasan tersebut tidak boleh diberangus.
Begitulah kira-kira argumentasi publik, dan kaum akademisi dalam memperjuangkan kebebasan akademis di kampus, yang terakhir sekarang ini dianggap mulai mengganggu penguasa, sehingga kampus sebagai penyelenggara kegiatan diskusi di intimidasi.
Ini yang sangat disayangkan, belum apa-apa tuduhan sudah dialamatkan pada penguasa, yang dicurigai penguasa sebagai pihak yang mengintimidasi, framing ini begitu dinikmati oleh barisan sakit hati, yang memang merasa mendapatkan momentum untuk mendelegitimasi pemerintah yang berkuasa.
Memangnya di tengah pandemi, tema diskusi yang layak dibahas oleh para akademisi, hanya hal-hal yang menyangkut pemecatan Presiden? Apa tidak ada tema-tema yang lebih ilmiah, yang bisa dibahas untuk membantu pemerintah? Bukankah seharusnya kita semua fokus pada persoalan penanganan pandemi?
Kenapa tiba-tiba kaum intlektual kita menjadi begitu arogan, menanggalkan intlektualitasnya mengikuti hawa nafsu kaum barisan sakit hati, yang begitu sangat membenci pemerintah berkuasa. Kenapa kaum akademisi tidak menjadi penyejuk di tengah situasi yang panas?
Seakan-akan pihak yang mengintimidasi diskusi di kampus adalah pemerintah yang berkuasa, sangat terasa framing diarahkan kearah sana. Padahal bisa saja situasi ini dimanfaatkan pihak ketiga, yang memang sengaja mengail diair keruh, memanfatkan peristiwa dan menungganginya untuk kepentingan politiknya.
Siapa yang membungkam panggung akademi? Kemana framing tuduhan akan diarahkan? Kenapa tema yang dipilih dalam diskusi tentang pemecatan Presiden? Apa urgensinya mengusung tema tersebut di tengah semua orang fokus pada pandemi covid-19?
Framing adanya pembungkaman panggung akademis, disantap dengan manis oleh kaum barisan sakit hati, mereka pun membuat tema seminar/webinar yang sama tentang pemecatan Presiden, mereka ingin menguji apakah seminar yang mereka lakukan juga akan dilarang dan di intimidasi.
Seperti itukah kaum intlektual di negara ini? Yang begitu senang mengail di air keruh, hanya demi melampiaskan syahwat kebencian, mereka rela menghabiskan waktu untuk hal-hal semacam itu.
Inilah realitas bangsa yang diperjuangkan para pendirinya dengan semangat dan tumpah darah, yang diteruskan oleh kaum intlektual yang arogan, yang cuma ingin mereguk kepuasan atas dendam yang tidak ada manfaatnya bagi bangsa ini.