Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Motif di Balik Blak-blakan Anies pada Media Asing?

9 Mei 2020   05:35 Diperbarui: 9 Mei 2020   05:39 3562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunews.com

Perbedaan persepsi dalam memberikan rasa aman terhadap masyarakat, dalam penanganan covid-19, selayaknya menjadi "rahasia dapur" yang tidak sepantasnya diumbar pada media asing.

Setiap negara mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam membendung imformasi, tidak semua keinginan internasional harus dipenuhi. Memang tidak harus seperti negara komunis yang tertutup dalam hal memberikan imformasi, tentang situasi negaranya.

Namun membuka aib negara sendiri untuk dikonsumsi pihak asing, bukanlah juga sesuatu yang bijaksana. Entahlah kalau secara pribadi punya agenda tersembunyi, sehingga mengabaikan kepentingan bersama.

Rahasia dapur dalam sebuah rumah tangga, kalau dalam sebuah negara bisa dianggap sebagai rahasia negara, atas kepentingan pemerintah yang memang tidak layak diumbar pada media asing, karena media asing punya kepentingan untuk mengekpos buruknya situasi internal sebuah negara.

Kondusifitas sebuah negara memang perlu dijaga, memang over protective terhadap sebuah imformasi tidaklah mencerminkan keterbukaan, namun tidak semua imformasi dalam sebuah negara perlu diumbar ke publik, apa lagi pada media asing.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dipuji media asing, Anies yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat (AS) dilabeli The Sydney Morning Herald, menyerupai sikap Gubernur New York Andrew Cuomo (yang 'melawan' Donald Trump): kedua laki-laki tersebut bertindak cepat untuk mengendalikan virus.

Keduanya (baik Anies maupun Cuomo) harus berhadapan dengan para presiden yang bertindak kurang cekatan, dan keduanya telah memenangkan pujian untuk pekerjaan mereka, yang mencoba menyelamatkan hidup di kota-kota padat penduduk. Jakarta memiliki populasi sekitar 10 juta jiwa, sementara New York City memiliki 8,3 juta jiwa.

Benarkah Anies bertindak cepat dalam mengendalikan virus di wilayah pemerintahan DKI Jakarta? Jakarta merupakan episentrum pandemi covid-19, dengan korban terindikasi positif terbanyak, dengan tingkat kematian tertinggi. Padahal berdasarkan keterangan Anies sudah melakukan pemantauan sejak awal virus corona merebak di Wuhan, Tiongkok.

Kepada media Australia, Sidney Morning Herald, Anies menunjukkan kontradiksi dengan pemerintah pusat, dengan menyatakan, jumlah kasus Covid-19 'jauh lebih tinggi' daripada yang ditunjukkan angka resmi yang dirilis ke publik. "Ini lah saatnya para pembuat kebijakan perlu mempercayai sains (ilmu pengetahuan)," Selengkapnya baca disini.

Memang ada perbedaan pandangan dalam pola penanganan, terutama dalam hal pengungkapan data, antara Anies dengan pemerintah pusat. Pemerintah pada awalnya tidak transparan dalam data korban, dan itu adalah bagian dari policy untuk meredam kepanikan masyarakat.

Sementara Anies berpandangan, dengan mengungkapkan data sebenarnya kepublik, bersikap transparan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan adalah memberikan rasa aman. Tetapi Kementerian Kesehatan merasakan sebaliknya, bahwa transparansi akan membuat panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun