Banjir Jakarta tidak bisa diantisipasi cukup dengan 'waspada aja', seperti yang dikatakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, atau seperti yang dikatakan Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta, Syaifullah, 'Nikmati Aja'.
Padahal, berdasarkan perkiraan dari Badan Meteorologi, Kimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta akan terus diguyur hujan hingga Maret.
Berkait prakiraan tersebut, Anies hanya meminta masyarakat waspada, tanpa membeberkan solusinya. Sumber
Memang soal penanganan Banjir sudah diambil alih oleh Pemerintah Pusat lewat Kementerian PUPR, tapi kerja Kementerian PUPR terhambat karena belum dilakukannya pembebasan lahan, oleh Pemprov DKI Jakarta, untuk normalisasi kali Ciliwung dan Sodetan kali Ciliwung.
Normalisasi kali Ciliwung yang semula direncanakan sepanjang 33 kilometer, sampai saat ini baru dilaksanakan sepanjang 16 kilometer. Sejak tahun 2018, normalisasi kali Ciliwung sudah terhenti, padahal normalisasi dianggap sangat berpengaruh besar terhadap penanggulangan banjir.
Dilansir Detik.com, Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengatakan, proyek normalisasi Ciliwung sudah vakum alias berhenti sementara sejak tahun 2018. Terkendalannya pembebasan lahan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi masalah utama.
Dari total 33,5 kilometer (km) bantaran sungai yang harus dinormalisasi, baru 16 km saja yang selesai.
"Ciliwung belum ada lagi pembebasan lahan karena belum ada pemberitahuan. Sekarang ya berhenti (pengerjaannya) karena tidak ada lahan (kosong) yang dikerjakan. Dari dulu 33,5 km baru 16 km (yang dinormalisasi), itu saja," kata Jarot kepada detikcom, Kamis (27/2/2020).
Selain normalisasi kali Ciliwung, ada juga sodetan kali Ciliwung yang masih terkendala pembebasan lahan, yang merupakan tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta, padahal kalau hal ini masuk dalan prioritas program kerja Pemprov DKI, tentunya banjir Jakarta akan mudah diatasi.
Sodetan Ciliwung merupakan bagian dari proyek penanganan banjir, yang bisa mengalirkan sebagian air dari Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT). Lagi-lagi proyek ini juga mandek akibat terkendala lahan.