Air datang tak diundang menggenang di teras rumah, lama kupandang karena tidak seperti biasanya, aku biarkan tanpa perlu meradang karena memang sudah waktunya.Â
Jangan terlalu lama ajak air berdialog karena air tidak punya waktu untuk itu, dia akan mengalir kemana dia mau, air harus ditenun menjadi keringat, dia ingin kita tidak tinggal diam menunggu kedatangannya.
Dia datang sebagai rahmat, menjadi musibah ketika kita tidak menganggapnya sebagai nikmat. Jangan ajak dia berdiskusi, karena dia juga ingin segera diatasi, dia tidak ingin kehadirannya mendatangkan caci-maki.
Air menggenang karena dia ingin dikenang, bahwa dia pernah datang menjadi bandang, karena ulah manusia tidak menjaga alam dan buang sampah dengan sembarang.
Hujan datang tak bisa di sapih, juga tidak bisa ditepis, karena kalau sudah waktunya, tak satupun bisa menghadang, nikmati saja sebagai rahmat, agar bisa memberikan manfaat.
Jakarta, Awal Januari 2020
Aji Najiullah Thaib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H