Pada awalnya dulu Melukis dan main musik itu adalah 'passion' saya, ternyata tidak, karena pada akhirnya saya memang tidak menemukan kegairahan dengan aktivitas tersebut, sehingga kegiatan tersebut hanyalah sesuatu yang bersifat temporer saya lakukan.
Tidak salah apa yang dikatakan Oprah Wimprey tentang Passion seperti yang saya kutip dari sini:
"Passion adalah energi. Rasakan kekuatan dari berfokus pada apa yang membuat Anda tertarik."
Ada pendapat lain tentang defenisi Passion yang lebih tepat menurut Graham Reid Phoenix,
"Passion adalah apa yang membangkitkan semangat Anda; Gairah yang membuat hidup menjadi layak untuk dijalani."
Itulah kenapa saya tidak menekuni kedua hobi saya tersebut, karena memang saya tidak menemukan gairah dan focus untuk dijalani sebagai pilihan dalam menjalani hidup.
Memang untuk menjalani passion diperlukan kebebasan tanpa beban sehingga bisa fokus, tanpa ada gangguan dan keraguan dalam menjalaninya. Untuk menikmati passion yang kita jalani, harus bebaskan langkah dan fwd bebas berbagi.
Saya teringat seorang Gitaris Klasik Indonesia Era 70an, Carl Tjakraningrat, bagaimana dia bisa bebaskan langkah dan fwd bebas berbagi berbagi ilmu. Harta yang paling berharga baginya saat itu adalah jari tangannya, karena dengan jari tangannya lah dia menjalankan passion-nya tanpa beban.
Dan Carl Tjakraningrat mengasuransikan jari tangannya tersebut, meskipun selama dia menekuni profesinya yang juga merupakan passion belum pernah mengalami cidera. Carl merasa perlu menjaminkan keselamatannya jari tangannya pada perusahaan asuransi.
Seperti pada tulisan saya sebelumnya juga saya menceritakan, bagaimana sebuah perusahaan film mengasuransikan jiwa karyawan film selama masa produksi berlangsung, demi keselamatan jiwa saya dan karyawan film lainnya.
Pada awalnya saya juga menganggap sebagai penata artistik adalah passion saya, memang saya bergairah dalam melakukannya, tapi saya menyadari itu bukanlah passion saya, meskipun profesi itu bisa membuat saya hidup lebih hidup.