Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

PAN Terlalu Kental Dominasi Amien Rais

9 Desember 2019   08:54 Diperbarui: 9 Desember 2019   09:05 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konstelasi politik menjelang Kongres V Partai Amanat National (PAN) 2020, yang akan digelar pada 7 Desember yang akan datang, masih sangat didominasi Amien Rais sebagai Ketua Dewan Kehormatan PAN.

Aspirasi yang berkembangan akan "tercekat" kepentingan politik Amien Rais, ada demokrasi, tapi dalam koridor arahan ala demokrasi di era Soeharto, yakni demokrasi terpimpin. Untuk menjadi partai besar, PAN harus bisa memosisikan Amien Rais secara tepat.

Sekarang ini, PAN seperti kerakap diatas batu, hidup segan matipun tak mau. Selalu gamang dalam menentukan sikap, sehingga terkesan ingin bermain politik dua kaki, namun tidak punya pijakan yang jelas.

Amien Rais harus bisa menempatkan diri ditengah-tengah kader partai, tidak memosisikan diri sebagai pengasuh anak-anak PAUD. Tidak semua hal harus dicampuri Amien Rais. Ketua Dewan Kehormatan cukup memantau alur kebijakan partai.

Padahal PAN memiliki banyak kader yang potensial, tapi karena dominasi Amien Rais yang begitu kental, sehingga kader-kader yang mumpuni tidak ditangani dengan baik, yang muncul kepermukaan masih wajah-wajah lama.

Lihat saja PAN tenggelam ditengah hiruk-pikuk politik, politisi PAN seperti kehilangan panggung. Setiap tindakan selalu menunggu arahan Ketua dewan Kehormatan. Dinamika politik tidak bisa dinikmati oleh kader-kader PAN yang harusnya sudah siap turun gunung.

Kegamangan menentukan sikap antara ingin berkoalisi dengan pemerintah dan menjadi oposisi, tidak terlepas dari dominasi Amien Rais. Itu karena, posisi Amien Rais sendiri tidak jelas dalam peta politik nasional, dampaknya diterima oleh seluruh kader PAN.

Sampai kapan PAN akan terus mempertahankan kondisi internal seperti itu.? Sementara kepentingan Amien Rais hanya menjadikan PAN sebagai lahan untuk membangun dinasti poltiiknya.

Apa bedanya Amien Rais dengan Megawati dan SBY, yang menganggap partai seperti perseroan terbatas, yang dikelola untuk mensejahterakan keluarga. Padahal, partai adalah wadah untuk melahirkan generasi kepemimpinan.

Megawati meskipun terkesan mengangkangi partainya, namun mampu melahirkan pemimpin nasional yang berkualitas. Lihat saja Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, dan Jokowi. Artinya regenerasi kepemimpinan berproses dengan baik.

Saat ini PAN seperti pasukan kalah perang, karena kehabisan amunisi, dan kadernya seperti kehilangan napas dan gairah. Kondisi ini harus bisa diperbaiki, dan menjadi perhatian pada Kongres V PAN yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun