Perkembangan pemikiran dalam Islam, di dalam sejarahnya melahirkan pemikiran-pemikiran yang beragam. Namun, tergambar jelas menjadi dua pemikiran yaitu pemikiran rasional dan pemikiran tradisional.
Dalam Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama, pemikiran Islam rasional berkembang karena dipengaruhi oleh sudut pandang pemikiran bahwa kedudukan akal manusia lebih tinggi dari kalangan umat Islam kala itu. Di samping tentang sudut pandang, Islam rasional juga disebabkan oleh pengaruh peradaban Yunani yang ada di daerah-daerah Islam zaman klasik.
Dari kekacauan/ konflik tentang masalah kepemimpinan (politik) yang telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya Perkembangan Ranah Teologi Islam, dari situlah mulai berkembang pemikiran-pemikiran Islam yang hampir secara drastis merambah dalam semua bidang. Kondisi tersebut berlangsung pada masa Dinasti Umayyah dan mencapai kemajuannya pada masa Dinasti Abbasiyyah.
Popularitas dinasti ini mencapai puncaknya pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun. Di mana kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk membiayai gerakan intelektual, berupa: penerjemahan, penelitian, penulisan, pendirian lembaga pendidikan dan perpustakaan. Selain itu, kekayaan negara juga digunakan untuk keperluan sosial, seperti: mendirikan rumah sakit, membangun tempat pemandian umum, lembaga pendidikan dokter dan farmasi.
Masih dari Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama, mengutip dari M. Abdul Karim (2009: 172), mengatakan bahwa budaya dan peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah tidak hanya identik dengan masa keemasan Islam, namun juga merupakan masa kegemilangan kemajuan peradaban dunia.
Hal tersebut dilihat dari capaian tingkat ilmu pengetahuan yang sangat tinggi, seperti pusat-pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yang terkenal, yang berada di Damaskus, Alexandria, Qayrawan, Fustat, Kairo, al-Mada'in, Jundeshahpur, serta yang lainnya. Uraian dari beberapa perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam tersebut, di antaranya:
Perkembangan tentang gerakan penerjemah buku-buku dari bahasa asing (Yunani, Syiria, Ibrani, Persia, India, Mesir, dan lain-lain) ke dalam bahasa Arab. Yang mana buku-buku yang diterjemahkan meliputi buku tentang: ilmu kedokteran, mantiq (logika), filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, serta ilmu falak.
Dari gerakan tersebut memunculkan sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas penyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruan dan kesalahan pemahaman pada masa lampau, dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide-ide dan teori-teori baru.
Lalu, Ilmu pengetahuan dalam bidang keagamaan pun semakin berkembang, seperti: fiqh, ushul fiqh, hadits, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu bahasa. Di mana ulama-ulama yang terkenal pada masa ini yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan al-Bashri, Abu Bakar al-Razy dan lain-lain.
Kemudian, perkembangan peradaban dalam dunia Islam saat itu memunculkan pula sejumlah tokoh wanita, seperti dalam bidang ketatanegaraan dan politik yaitu Khaizura, Ulayyah, Zubaidah, dan Bahrun. Kemudian dalam bidang kesusastraan dikenal Zubaidah dan Fasi. Lalu di bidang sejarah muncul Shalikhah Shuhda. Selanjutnya di bidang kehakiman muncul Zainab Umm al-Muwalid. Serta dalam bidang seni Musik seperti Ullayyah yang sangat tersohor pada waktu itu.
Serta, dalam bidang pendidikan yang mana mendapat perhatian yang sangat besar pada kala itu, dengan terdapat sekitar 30.000 masjid di Baghdad berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran pada tingkat dasar.
***
Dari uraian di atas, Islam secara langsung menjadi sumbangsih dalam peradaban dunia. Pada era klasik Peradaban Islam melahirkan kemajuan perkembangan dalam hal pemikiran, yang memberikan perkembangan pada semua sektor kehidupan dengan ditunjang oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Satu contoh perkembangan teknologi pada era keemasan ini adalah pengembangan teknologi pembuatan kertas.
Gerakan pemikiran Islam, tidak hanya melahirkan tokoh pemikir muslim namun juga tokoh pemikir bukan muslim. Para ilmuwan yang bukan muslim juga memainkan peranan penting dalam menerjemahkan dan mengembangkan karya kesusasteraan Yunani dan Hindu, serta ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa (Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama).
Bangsa Eropa yang kala itu masih dalam masa kegelapan, dengan masuknya Peradaban Islam menjadikan perubahan tatanan hidup masyarakat serta memberikan pencerahan pada bangsa Eropa kala itu, sampai saat menapaki masa modern. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama menyebutkan bahwa, bukti pengaruh pemikiran Islam di Eropa dapat di lihat dari salinan buku-buku tentang ilmu filsafat dan ilmu kedokteran.
Buku-buku kedokteran ini diajarkan di kampus-kampus Eropa sampai abad 18 M, kemudian buah pikir dari Ibnu Sina dan al-Razi menjadi referensi kuliah kedokteran di Paris. Bahkan teori-teori Ibnu Khaldun yang menjadi peletak dasar ilmu sosial masih dikenal di kampus-kampus Eropa sampai sekarang (W. Montgemary Watt, 1997: 2 dalam Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama).
***
Dari penjelasan singkat di atas, memberikan kita sebuah gambaran bahwa Islam merupakan suatu agama yang bukan "hanya" membahas mengenai ibadah ritual atau ibadah seremonial semata. Namun, suatu agama yang dapat memberikan kita sebuah kesejahteraan, kebahagiaan, kesejukan, serta kedamaian.
Banyak di antara kita (sebagai umat muslim) saat ini seperti kehilangan arah, serta lupa akan siapa kita sebelumnya. Kita seperti mengunggul-unggulkan sekali tentang ibadah ritual namun kita lupa akan ibadah sosial. Kemudian pula dalam pemikiran, banyak di antara kita yang masih sangat tertinggal, serta sangat terlihat sekali akan ketimpangan yang ada di masyarakat.
Kita juga seperti terjerumus dalam perspektif surga dan neraka, sebagaimana dengan mempelajari ilmu agama di pastikan masuk surga sedang ilmu-ilmu duniawi tidak terlalu penting untuk dipelajari. Sedang jika kita lihat dari uraian di atas ini menjadi pemahaman yang sangat terbalik.
***
Hari kesebelas puasa Ramadhan... Semoga dalam Ramadhan kali ini, seluruh makhluk diberikan kesejukan, serta kita dapat sampai pada kemenangan dan kebahagiaan yang hakiki. AminÂ
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H