Sudah hampir senja waktu yang diberikan olehNya, namun dari waktu-waktu itu tak kunjung datang sesuatu yang ditunggu. Masih terus menanti yang tak kunjung menunjukan keindahannya, mencoba sabar menerima.. .Â
Namun napsu-napsu dunia menyala membara, memberikan keriuhan di dalam benak manusia. Sekarang denting waktu melaju, telah menunjukan pada pukul 23.15 dan jari-jariku masih kaku tak mau menari diatas hurup-hurup ini, hal-hal yang lalu-lalang muncul lalu menghilang terasa sangat membingungkan. Apakah memang begini kehidupan? Menit itu aku ingin kamu, pada waktu ini aku ingin dia, besoknya aku benci mereka.. .
Perasaan kosong di dalam ruang hampa 3x4, yang dipenuhi asap membuat kacau otak. Lontaran angan yang begitu penuh, tujuan yang tak kunjung tercapai, serta mimpi-mimpi yang hanya jadi ilusi. Memuakkan hidup ini.. . Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 23.23, dan aku merasa menjadi manusia yang dipenuhi sifat munafik.. .Â
Namun setelahnya, aku merasa kontra dalam diksiku, sebenarnya bagaimana menjadi manusia yang benar-benar manusia? Kadang kita coba melihat kebawah untuk membohongi keinginan dan nafsu keduniawian kita, namun saat kita mulai terlena.. . Kita di bangunkan dengan orang-orang yang telah melampaui kita, dan kita dituntut untuk bertumbuh dan berkembang seiring berjalannya kehidupan.. . Lalu disitu kita merasa bimbang.
Akhirnya telah sampailah pada kebekuan pikiran untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, sampai pada pukul 23.35 mencoba menunda-nunda dan memperbanyak kata agar luwes terlihatnya dan dibacanya. Mencoba membuka teka-tekinya, lalu akhirnya aku ketawa.. . sebenarnya apa yang mau dibawa dan dikata, hanya sebatas kebimbangan serta kehampaan belaka dari seorang manusia yang mencoba-coba keberuntungan di hidupnya. Apa yang dirasa berat, dirasa belum, dan dirasa tak pernah datang.. . Semua hanya perasaan, dan perasaan selalu datang dan pergi sesukanya.
Hingga pada saat ini, pukul 23.40 mencoba membuka kembali kesadaran atas semua yang telah dilakukan, dan semua merupakan pilihan. Kita lah yang mencoba membangun, setelah bangunan itu berdiri dan hampir kokoh, kita sendirilah yang mengikisnya, setelah terkikis perlahan-lahan mulai terjadi keretakan, dan dengan tanpa sadar atau sengaja kita senantiasa yang menghancurkan apa yang telah kita bangun perlahan. Kesadaran yang membangunkan kita pada keterlenaan, kesadaran pula yang memberikan kita jawaban dari setiap pertanyaan kita dalam kehidupan di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H