Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Bujangan

Suka menulis apa saja dan tertarik dengan keluh kesah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apakah Profesionalitas Hanya Diperuntukkan dalam Dunia Kerja?

2 April 2022   15:23 Diperbarui: 2 April 2022   15:29 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang memang sangat sulit untuk menuliskan sebuah pemikiran yang ada di dalam otak kita, mungkin memang keterbatasan kosakata atau memang pengetahuan yang minim dan enggan untuk meningkatkannya. Begitu pula tulisan ini, untuk memenuhi hasrat menulis atau sekedar berbagi pengalaman mungkin bisa menjadi acuan dalam hidup. Namun, untuk ketepatan atau kebenarannya tidak bisa diyakinkan bahkan saya (penulis) merasa ini hanya "Omong Kosong" yang berisi lebih kurang 25% pengetahuan.

Hubungan atau suatu koneksi kita dalam menjalani kehidupan sosial memang dapat dikatakan cukup sulit untuk kita senantiasa menjalinnya dengan baik, akan ada suatu masa dimana kita dapat bertentangan dengan orang lain, ataupun merasa "buruk sangka" terhadap seseorang setelah mengetahui perilakunya atau karena seseorang tersebut pernah mengecewakan kita. Tentunya, setelah tau akan hal tersebut akan terasa canggung bahkan enggan lagi berhubungan dengannya (bahasa kerennya dari kaum millennial "cukup tau, gak lagi-lagi deh"), oleh sebab itu kita wajib (menurut saya) menjalin hubungan baik sebisa-mungkin kepada setiap orang, sehingga terjalin sebuah iklim yang sejuk dari sebuah hubungan sosial kemasyarakatan. Latar belakang pemahaman ini menuntun saya (penulis) kedalam suatu kata Profesionalitas.

Dari banyak sumber referensi kata "Profesionalitas" diartikan sebagai sebuah kata yang berkaitan dengan suatu "Profesi" (seperti yang kita tau pula kata depan "Profesionalitas" adalah kata "Profesi") atau bidang pekerjaan yang kita emban contoh : guru, dokter, akuntan, pilot, bidan, dan lainnya. Sehingga dengan profesi atau bidang pekerjaan yang kita emban tentunya terdapat tanggung jawab serta kewajiban-kewajiban yang mengikat kepada kita. Tanggung jawab serta kewajiban-kewajiban tersebut jika dijalankan dengan baik secara konsisten, secara semantik dapat kita jelaskan sebagai bentuk atau makna kata "Profesionalitas" (orang dengan profesi tersebut memiliki jiwa "Profesionalisme"). Jika kita melihat dari standar akan sebuah profesionalitas, dimana standar tersebut meliputi :

  1. Akuntabilitas: bertanggung jawab atas tindakan mereka
  2. Kerahasiaan: dapat menjaga kerahasiaan semua informasi penting
  3. Kejujuran: memiliki karakter yang jujur
  4. Integritas: memiliki prinsip moral yang kuat
  5. Taat hukum: mengikuti semua hukum yang mengatur di yurisdiksi tempat mereka melakukan aktivitas
  6. Loyalitas: memiliki komitmen yang kuat pada profesinya
  7. Objektivitas: tidak terpengaruh atau dipengaruhi oleh bias
  8. Transparansi: mengungkapkan semua informasi yang relevan dan tidak menyembunyikan apapun sesuai dengan porsinya (lihat).

Dari paragraf diatas menyinggung bagaimana prinsip/ standar profesionalitas yang dijalankan seseorang yang "berprofesi". Namun jika melihat dari maksud dan tujuannya, tentunya standar profesionalitas tersebut sangatlah baik jika kita terapkan pula dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, tidak dipungkiri pasti akan timbul iklim yang baik dan menjadikan sebuah kemajuan dalam lingkup sosial kemasyarakatan.

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri pengetahuan tersebut tentunya sedikit awam jika kita melihat dari tingginya ketimpangan yang ada. Ketimpangan baik dari ekonomi, pendidikan, dan juga kesehatan yang timbul menjadikan pola pengetahuan di masyarakat tidak merata dan sering terjadi; dengan ego dari ketidak tahuannya menghakimi seseorang dengan ungkapan "sok banget si tu orang" tanpa mengetahui bahwasanya orang yang dihakimi tersebut sebenarnya bertujuan baik untuk saling mengingatkan dan atau mencoba menjalankan tentang prinsip keprofesionalitasan tersebut.

Kebiasaan yang buruk dalam bentuk seperti: canggung, takut, rendah diri, merasa kita bukan siapa-siapa tentunya ini haruslah dihilangkan agar terjadi sebuah bentuk jalinan komunikasi yang baik akan hubungan sosial kemasyarakatan kita. Tentunya ini harus pula dibarengi dengan perkembangan pengetahuan untuk para generasi tua (orang tua/ orang yang dituakan/ pemangku kebijakan baik lingkup kecil maupun besar) dan juga kebesaran hati dan pikiran yang jernih sehingga tidak terjadi salah sangka (pikiran buruk) akan sebuah bentuk pemikiran-pemikiran dari para junior (generasi muda). Sebenarnya (menurut penulis) kita seperti terjebak akan makna kesopanan, bahwasanya kesopanan seperti mengikat baik dalam bentuk tingkah laku/ perbuatan sampai pada pemikiran baru yang dianggap kurang sopan atau terlalu kasar, kita seperti termakan akan sebuah lantunan kata yang indah dengan makna yang tersirat sedangkan banyak yang menyalah artikan dan membuatnya menjadi salah penafsiran.

Oleh sebab itu, bentuk makna profesionalitas seharusnya dipahami secara bijak seperti halnya; guru mengajar dengan model pembelajaran diskusi kelompok, lebih efektif lagi jika diskusi tersebut ditekankan dari awal bahwa "proses diskusi tentang sebuah materi ini, bukan hanya untuk kamu sesama siswa tapi juga dengan bapak/ ibu, kamu (siswa) sangat boleh bankan wajib mendebat saya (guru), bahkan menyalahkan, jangan anggap saya guru tapi anggaplah saya teman belajarmu (walau kita beda usia)" dengan contoh seperti itu tanpa mengekang anak didik dengan kata-kata kesopanan, pastilah akan menimbulkan keberanian dan kecanggungan dari siswa akan senantiasa berkurang. Namun juga harus dibarengi dengan makna dari sebuah sopan santun, seperti memberikan cara yang baik untuk mengemukakan pendapat, mengucapkan maaf terlebih dahulu dan terimakasih setelahnya, dan lainnya. Dengan ini, kemungkinan untuk memiliki keberanian, daya kemampuan dalam berdiskusi dan pola berpikir yang kritis akan lebih banyak didapat karena tidak dibebani dengan kesalahpahaman akan arti dari kesopanan tersebut.

Secara tidak disadari, bentuk keberanian tersebut akan menimbulkan sebuah perilaku profesionalisme baik dari guru dan juga murid yang sedang mempraktekkan makna dari sebuah kata profesionalitas tersebut, ajaran ini tentunya akan menghasilkan sebuah keluaran yang baik bagi murid. Secara mikro, murid akan belajar profesional dengan teman sekelas bahkan seluruh masyarakat sekolah, kemampuan ini tentunya akan menjadikan suatu kebaikan di dalam dunia diluar kelas, seperti dalam hidup bermasyarakat dan juga kehidupan di dunia kerja. Dengan kata lain, bentuk profesionalisme bukan hanya didalam dunia kerja yang menyangkut tentang apa yang kita kerjakan sekarang dengan berbagai tuntutannya, namun mengambil makna yang lebih luas lagi bentuk profesionalitas dapat bahkan sangat baik jika diterapkan pula dalam kehidupan pertemanan, bermasyarakat, berkeluarga, dll.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun