Berbicara mengenai Knowledge Management, maka saya harus mengenal terlebih dahulu mengapa knowledge itu perlu adanya proses pengelolaan. Knowledge berbicara mengenai apa yang orang pahami tentang suatu perihal, tentang konsep, ide, teori, prosedur, praktik, dan cara kita melakukan suatu hal. Nonaka (1991) menetapkan bahwa knowledge dapat berupa explicit dan tacit. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang sudah terkode, tercatat. Sedangkan tacit knowledge adalah pengetahuan yang masih dalam pikiran. Tantangan yang terjadi adalah bagaimana agar tacit knowledge dapat dikemukakan sehingga menjadi suatu explicit knowledge. Inilah yang disebut dengan knowledge management, yaitu proses atau praktik dalam membuat, memperoleh, mendapatkan, membagikan, dan menggunakan pengetahuan, untuk meningkatkan pembelajaran dan pengalaman di organisasi. (Scarborough et al, 1999)
Dahlan Iskan merupakan salah satu tokoh yang mengaktualkan proses knowledge management di Indonesia. Dahlan Iskan adalah seorang Menteri BUMN sejak Oktober 2011, dimana sebelumnya menjabat sebagai direktur utama PLN . Seorang Dahlan Iskan tidak berasal dari keluarga mampu, melainkan serba kekurangan. Mungkin dengan awal karir sebagai seorang reporter, cara berpikir kritis Dahlan Iskan semakin terbentuk.
Sebelum menjabat sebagai Menteri BUMN, Dahlan Iskan membukukan kumpulan CEO noted yang ia buat selama menjabat sebagai direktur utama PLN. Di sini diulas bagaimana Dahlan Iskan melakukan proses knowledge management, sehingga ia berhasil membuat beberapa gebrakan yang lebih baik pada PLN. Dalam kepengurusannya sebagai Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan memfasilitasi karyawan-karyawan PLN dari berbagai daerah di Indonesia, untuk menyampaikan “uneg-uneg” secara tertulis melalui CEO Noted. Bagi Dahlan Iskan, ia meyakini bahwa seluruh jajaran manajemen dan staf PLN di seluruh Indonesia memiliki kemampuan berpikir yang relatif sama. Yang membedakan hanya kesempatan untuk mengaktualisasikannya, dan kesempatan inilah yang harus mengemuka saat ini. (Dahlan Iskan, 2011)
Bagi Dahlan Iskan, proses knowledge management perlu dilakukan karena pada dasarnya Direksi PLN punya pemikiran-pemikiran yang cemerlang, dan hal ini tidak dapat ditiru oleh organisasi lain. Organisasi harus dapat menangkap ide-ide tersebut, sebagai suatu nilai jual yang mempunyai daya saing dan tidak dapat diimitasi.
Dahlan Iskan sendiri menerapkan strategi yang menggabungkan antara codification strategy, yang mengkode dan menyimpan pengetahuan dalam sebuah database agar dapat diulas kembali suatu saat oleh organisasi, dan juga personalization strategy yang menyampaikan secara langsung mengenai pengetahuan seseorang dalam organisasi kepada anggota yang lain di organisasi tersebut. Dahlan Iskan membuat CEO noted untuk memfasilitasi komunikasi antara produsen dan konsumen. Di sini ada proses interaksi antara satu orang dengan lainnya, walaupun tidak secara kontak langsung, dan ada pencatatan secara otomatis, karena ini CEO noted ini merupakan media tulis.
Dahlan Iskan menggunakan sistem “groupware”, dimana dalam sistem ini anggota organisasi dapat saling berbagi pengetahuan melalui media internet yang ada, sehingga mereka juga dapat berdiskusi dalam media ini, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang didapat dari pegawai-pegawai yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan demikian pengetahuan saling bertambah, dan proses knowledge management tersalurkan.
Banyak isu yang diangkat oleh Dahlan Iskan melalui buku ini. salah satunya yang menarik minat saya adalah mengenai pemikiran liar yang disampaikan dalam bab Pola Penyelesaian Nasional Lokal. Dalam hal ini diangkat mengenai ide gila terkait tender proyek 10.000 MW di Timika, dimana beberapa Direksi merespon dengan ide-ide untuk menghemat dan mengalokasikan dana untuk banyak hal baik lainnya bagi Timika. Isu ini mungkin termasuk dalam relating knowledge management strategy to business strategy. Inilah contoh pemikiran Nasional Lokal yang luar biasa menurut Dahlan Iskan sendiri.
Secara garis besar, dalam salah satu bukunya yang berjudul Dua Tangis dan Ribuan Tawa, bagi saya Dahlan Iskan membuat suatu media yang sebenarnya tidak baru, namun baru “hidup” setelah distimulus dengan pertanyaan-pertanyaan kecil yang mengundang ide-ide besar bagi pegawai-pegawainya di seluruh Indonesia. Dalam media ini secara nyata ia melakukan knowledge management dengan merangsang para pegawai-pegawai dan jajaran direksinya untuk saling berdiskusi dan merealisasikan pengetahuannya. Terus berkarya dan berkreasi bagi Dahlan Iskan dan penerus-penerus lainnya.
Sumber bacaan
http://dahlaniskan.wordpress.com/profil-dahlan-iskan/
http://gudang-biografi.blogspot.com/2011/10/biografi-dahlan-iskan.html
http://www.pln.co.id/?category_name=ceo-notes
Iskan, Dahlan. (2012). Dua Tangis dan Ribuan Tawa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H