Mohon tunggu...
Ajeng Safitri
Ajeng Safitri Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

saya mahasiswa universitas kebangsaan republik indonesia, hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Opini Publik Mengenai Kasus Gus Miftah

12 Desember 2024   13:09 Diperbarui: 13 Desember 2024   09:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kasus Gus Miftah menunjukkan bahwa sebagai figur publik, terutama yang memiliki peran resmi seperti utusan presiden, setiap ucapan harus sangat dipertimbangkan. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya menjaga etika komunikasi, apalagi di era media sosial di mana reaksi publik sangat cepat dan luas.  

Keputusan Gus Miftah untuk mundur bisa dilihat sebagai langkah yang bertanggung jawab dan bentuk introspeksi. Namun, hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya kepekaan terhadap isu-isu yang bisa berdampak pada kepercayaan masyarakat.

Bentuk satire jika hierarki hukum di indonesia yang paling tinggi berdasarkan beberapa kasus/peristiwa yang cepat ditangani itu karena viral, hal tersebut membuktikan bahwa supremasi sipil dan people power itu nyata.

Terkait utusan resmi presiden, perlu di kritisi juga mekanisme atau seleksi bagaimana perekrutan sebagai utusan presiden itu harus ter-screening dari segi etika, karena etika/adab lebih penting dan diutamakan daripada ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun